Menurutku Breast Pump merupakan salah satu perlengkapan yang wajib dibeli oleh para ibu. Kenapa harus punya? Kan saya bukan ibu pekerja? Mungkin ada yang bertanya seperti itu. Alasannya adalah antisipasi kalau ada kejadian apa-apa setelah si baby lahir. Contohnya jika bayi kuning dan harus disinar di rumah sakit yang mengharuskan ibu mengantarkan stok asi. Anakku Byan sempat mengalami kuning saat usianya 1 minggu. Walaupun tidak sampai disinar, tapi tetap juga aku harus pumping untuk memberikan ASI karena Byan terlalu lemas untuk menghisap, jadi aku nggak bisa mimikin langsung. Atau bisa juga sang ibu mengalami hiperlaktasi seperti yang aku alami beberapa waktu lalu. Mau nggak mau aku harus pumping karena anakku tidak sanggup menahan derasnya asi dan menolak untuk mimik secara langsung. Mungkin banyak lagi kejadian tak terduga lainnya yang mengharuskan kita memberikan ASIP kepada sang buah hati.
Review Breast Pump PHILIPS AVENT Single Electric
Saturday, January 28, 2017
Novarty Eka Putriana
No comments
Menurutku Breast Pump merupakan salah satu perlengkapan yang wajib dibeli oleh para ibu. Kenapa harus punya? Kan saya bukan ibu pekerja? Mungkin ada yang bertanya seperti itu. Alasannya adalah antisipasi kalau ada kejadian apa-apa setelah si baby lahir. Contohnya jika bayi kuning dan harus disinar di rumah sakit yang mengharuskan ibu mengantarkan stok asi. Anakku Byan sempat mengalami kuning saat usianya 1 minggu. Walaupun tidak sampai disinar, tapi tetap juga aku harus pumping untuk memberikan ASI karena Byan terlalu lemas untuk menghisap, jadi aku nggak bisa mimikin langsung. Atau bisa juga sang ibu mengalami hiperlaktasi seperti yang aku alami beberapa waktu lalu. Mau nggak mau aku harus pumping karena anakku tidak sanggup menahan derasnya asi dan menolak untuk mimik secara langsung. Mungkin banyak lagi kejadian tak terduga lainnya yang mengharuskan kita memberikan ASIP kepada sang buah hati.
Bingung Puting karena Dot
Thursday, January 26, 2017
Novarty Eka Putriana
7 comments
Source : freepik.com |
Aku Mengalami Hiperemesis
Wednesday, January 25, 2017
Novarty Eka Putriana
No comments
Source : freepik.com |
Deg-degannya Menunggu Kehamilan
Tuesday, January 24, 2017
Novarty Eka Putriana
No comments
Source : freepik.com |
Tanggal 2 Oktober 2015 aku resmi
menjadi seorang istri. Aku dan suami sepakat tidak akan menunda memiliki anak,
malah kalau bisa langsung hamil. Saat itu pengetahuanku tentang kehamilan
sangat dangkal, hanya sebatas sel telur yang bertemu dengan sel sperma dan
berkembanglah menjadi bayi. Kayaknya itu bukan hal yang sulit. Aku yakin akan
bisa hamil pada bulan pertama pernikahan kami. Toh kita masih muda kok.
Sebulan berlalu dan aku sangat
kecewa karena siklus menstruasiku masih datang teratur seperti biasanya. Tapi
ditengah kekecewaan itu, aku merasa ini masih wajar. Kan baru sebulan. Mungkin belum
rejeki.
Lanjut lagi ke bulan kedua, aku
telat satu hari. Udah langsung deg-degan aja saking berharapnya diperutku ada
calon bayi. Udah mulai jalan pelan-pelan, nggak mau naik tangga walaupun cuma satu
lantai, makan dan minum nggak sembarangan lagi, pokoknya semua yang
membahayakan janin diperutku akan aku hindari. Tapi harapanku kandas lagi karena
esok harinya aku kembali merasakan darah haid yang keluar. Sedihnyaaa..aku
langsung nangis, merasa ada kelainan ditubuhku, nggak menerima kenyataan. Apalagi
hari itu aku juga mendapat kabar kalau kakak iparku hamil anak kedua, padahal
dia program disaat yang sama dengan pernikahanku. Ditambah lagi teman sekantor
yang hari pernikahannya sama sudah hamil juga. Aku makin merasa terpukul. Memang
sih terlalu berlebihan, baru dua bulan nikah kok udah nangis-nangis karena
belum hamil. Aku sempat berpikiran untuk konsultasi ke dokter kandungan. Eh suamiku
malah ngetawain dengan santainya.
_______________
Mungkin karena aku terlalu sombong menganggap
hamil itu gampang. Aku terlalu yakin bisa hamil dengan cepat. Padahal semuanya
tetap Allah yang menentukan.
_______________
Oke aku akan memulai dengan
harapan baru. Mudah-mudah dibulan ketiga ini aku bisa merasakan tanda-tanda
kehamilan. Kali ini aku sudah telat dua hari. Deg-degan nya luar biasa. Diantara
terlalu berharap dan takut kecewa lagi seperti bulan lalu. Aku memutuskan untuk
membeli test pack. Suamiku sempat melarang karena terlalu cepat untuk melakukan
tes sekarang, nanti aja kalo udah telat 2 minggu. Tapi ya mau gimana, aku kan
udah nggak sabar buat liat garis dua dan dinyatakan positif hamil. Besoknya aku
sengaja bangun jam 4 subuh hanya untuk test pack. Sesuai petunjuk yang
menyarankan untuk melakukan tes pada pagi hari dan tata cara yang tidak terlalu
sulit, aku mencelupkan alat tes ke dalam urin. Setelah menunggu 1 menit, hanya
satu garis yang muncul. Aku masih menunggu hingga 30 menit, tapi hasilnya tidak
berubah. Aku kembali terpukul, kecewa, marah. Kenapa aku belum hamil juga? Kenapa
orang-orang hamilnya gampang? Kok aku susah? Selang beberapa jam, aku kembali
haid.
Masuk bulan keempat pernikahan
kami, pertanyaan sudah hamil atau belum berdatangan dari mertua dan orang tuaku.
Aku makin merasa tertekan. Tapi berkat suami yang selalu memberikan perkataan
yang menenangkan, aku sedikit bisa memasrahkan diri kepada Yang Maha Pemberi
Rezeki.
Baca juga : Tips Hamil Bayi Perempuan dan Bayi Laki-laki
Aku mulai mencari informasi
mengenai kehamilan. Mulai dari membaca forum dan artikel, membaca majalah dan
tabloid, bahkan tanpa malu aku bertanya kepada teman-teman. Akupun sudah
mencoba berbagai cara, mulai dari menghitung masa subur, minum vitamin ini itu,
minum susu khusus untuk yang lagi program hamil, mencoba posisi dalam
berhubungan yang bisa membantu proses pembuahan, dan mengontrol pola makan. Aku
juga menyimpulkan salah satu penyebab aku sulit untuk hamil adalah jauhnya
jarak tempuh dari rumah ke kantor. Apalagi aku dan suami mengendarai motor. Kadang
dijalan sampai 1,5 jam, bahkan bisa hingga 2 jam. Belum lagi macetnya Jakarta
yang bikin stress. Mau beli mobil belum sanggup, apalagi beli rumah yang dekat
dengan kantor. Kucoba untuk menggunakan bantal sebagai alas duduk biar
guncangan motor tidak terlalu kerasa. Kuminta juga suami memilih jalan yang
tidak banyak goncangannya. Berharap ini akan membantu melindungi rahimku jika
pembuahan terjadi. Aku sudah sepakat dengan suami jika bulan ini belum hamil
juga, maka kami akan berkonsultasi ke dokter kandungan.
Tanpa diduga, undangan untuk
mengikuti Program Bela Negara yang diharuskan bagi seluruh PNS di kantor kurasa
merusak seluruh usahaku.
Hampir sebulan ini aku sudah berusaha semaksimal mungkin agar bisa hamil. Tapi kok ada aja yang membuat usahaku sia-sia. Bela Negara itu kan latihan fisik, sama tentara lagi, pasti capek banget. Belum lagi cuaca disana yang dingin, bisa jadi aku bakalan sakit. Kali ini aku sudah benar-benar pasrah. Mau marah juga percuma. Mungkin ini belum saatnya aku dan suami memiliki anak. Aku hanya membatin bahwa Allah pasti punya rencana yang lebih baik.
Aku mengikuti Bela Negara selama
10 hari. Penuh dengan latihan fisik, begadang, menahan dingin, pokoknya nggak
enak banget deh. Selama 10 hari juga aku rajin minum vitamin c biar nggak
sakit. Alhamdulillah aku benar-benar sehat dan kembali pulang dalam keadaan
sehat walaupun lelahnya bikin tubuh lemes dan ngantuk. Rasanya pengen tidur
berhari-hari. Tapi sampai dirumah mana bisa istirahat, masak iya suami
dianggurin aja setelah ditinggal 10 hari? Haha. Selain itu ada kabar bahagia
juga yang aku dengar dari suami. Kami sudah mendapatkan kunci rumah di Rusunawa
yang disediakan kantor. Lokasinya tidak terlalu jauh dari kantor, kira-kira
setengah jam perjalanan. Aku sangat bersyukur saat itu, berharap ini membantu
agar aku bisa segera hamil.
Hari ini adalah jadwal
menstruasiku. Aku sudah nggak mau lagi terlau berharap. Malahan aku sampai
berpikir kalau bulan ini aku nggak bakalan hamil. Soalnya kan fisik aku kacau
banget, terlalu kecapekan. Aku nggak mau lagi memikirkan kehamilan.
Tapi kok sudah 5 hari aku belum
haid juga? Harapan itu muncul lagi, perasaan deg-degan, takut, cemas, kembali
aku rasakan. Mau beli test pack juga takut. Tapi karena nggak kuat menahan rasa
penasaran, akhirnya aku beli juga. Kali ini aku beli yang agak mahalan dikit,
mana tau lebih sensitif dalam merespon kadar HCG dalam urin. Esok pagi aku kembali bangun subuh buat tes. Lagi-lagi
aku kembali kecewa. Hanya satu garis yang muncul. Karena udah pernah mengalami
ini, aku sedikit agak kebal. Aku nggak nangis-nangis lagi seperti bulan lalu.
Tapi saat aku akan membuang alat tes ke tempat sampah (sudah 30 menit setelah dicelupkan ke urin), aku melihat garis kedua yang samar. Karena pada petunjuk pemakaian dijelaskan bahwa setelah 15 menit keakuratan alat tes akan hilang, aku tidak mempedulikan garis samar itu.
Tapi saat aku akan membuang alat tes ke tempat sampah (sudah 30 menit setelah dicelupkan ke urin), aku melihat garis kedua yang samar. Karena pada petunjuk pemakaian dijelaskan bahwa setelah 15 menit keakuratan alat tes akan hilang, aku tidak mempedulikan garis samar itu.
Dua hari kemudian, aku juga belum
haid. Harapanku makin besar. Sepulang dari kantor aku langsung beli test pack
lagi, bahkan langsung lima biar tiap hari aku bisa ngetes. Kali ini yang murah
aja biar hemat.
Aku menunggu sampai telat dua minggu, tapi tetap test pack tiap hari (tak terhitung lagi berapa alat test pack yang aku beli). Semakin hari garis kedua semakin jelas. Tapi aku masih tetap belum percaya sampai dokter yang menyatakan aku positif hamil setelah di USG. Aku desak sang suami agar mau menemaniku ke dokter kandungan. Setelah menunggu satu minggu yang terasa lama banget, akhirnya kami bertemu dokter juga.
Setiap pagi aku tes, bahkan kadang sampai dua kali dalam
sehari. Harapanku semakin menggebu-gebu karena selalu ada garis kedua yang
samar. Kalo aku baca-baca di internet sih katanya itu sudah hamil, hanya
hormonnya aja belum banyak jadi belum terlau terdeteksi sama alat tesnya. Tapi aku
masih belum yakin karena sudah terlalu sering kecewa.
Aku menunggu sampai telat dua minggu, tapi tetap test pack tiap hari (tak terhitung lagi berapa alat test pack yang aku beli). Semakin hari garis kedua semakin jelas. Tapi aku masih tetap belum percaya sampai dokter yang menyatakan aku positif hamil setelah di USG. Aku desak sang suami agar mau menemaniku ke dokter kandungan. Setelah menunggu satu minggu yang terasa lama banget, akhirnya kami bertemu dokter juga.
Saat di USG Alhamdulillah
sudah ada kantong janin yang terlihat. Aku dinyatakan hamil 5 minggu dan disuruh
kembali lagi 2 minggu kemudian karena janin belum terlihat. Kan takut juga ya
kalo janinnya nggak ada.
Dua minggu itu galaunya
ampun-ampunan. Takut aku hamil anggur lah, hamil kosong lah, janin nggak
berkembang lah, pokoknya aneh-aneh deh. Saran aja ya moms, kebanyakan googling
itu malah bikin panik. Tapi Alhamdulillah galauku terobati dengan hasil USG
yang memperlihatkan bahwa janin di dalam perutku sudah terlihat. Aku benar-benar
telah hamil. Rasanya Allah memberi keajaiban. Nggak henti-hentinya aku
bersyukur. Aku diberi buku konsultasi kandungan pertamaku. Pokoknya senangnya tak
terhingga lah.
Jadi ya moms, hamil itu benar-benar
kuasa Tuhan. Yang penting selalu berusaha dan jangan sombong kayak aku ya. Selebihnya
serahkan saja sama yang diatas. Yakinlah keajaban itu pasti ada :)
Semangat buat Mommies yang lagi
promil !!!
Review Dr. Dewi Rumiris, SpOG
Friday, January 20, 2017
Novarty Eka Putriana
4 comments
Aku merupakan salah satu pasien Dr. Dewi Rumiris, SpOG (panggilan : Dokter Riris) yang paling setia. Gimana nggak, aku mulai kontrol dengan beliau dari cek kehamilan pertama sampai buka perban operasi caesar. Sebenarnya aku memilih setia (ceileeh bahasanya..haha) karena malas mencari dokter yang cocok, jadi ya dicocok-cocokin aja. Tapi bukan berarti Dokter Riris ini nggak bagus ya, malah aku lumayan puas dengan beliau.
Baca juga : Susu Hamil
Berhubung sang suami tercinta
pengennya sama dokter yang cewek, saat pertama kali periksa kehamilan aku dan
suami memilih RSIA yang terdekat dari rumah, terlihat ramai dan yang penting
ada dokter ceweknya (setelah cari info dari internet) yaitu RSIA Muhammadiyah
Taman Puring. Sebelumnya aku sudah menghubungi rumah sakit untuk menanyakan jadwal
praktek Dokter Riris. Kami memilih hari sabtu karena aku dan suami sama-sama
pekerja. Jadwal prakteknya di hari Sabtu adalah jam 15.00 WIB – 19.00 WIB. Tapi
tergantung banyaknya pasien juga, kalau banyak jam prakteknya bisa melebihi
dari jam 7 malam. Sebaiknya datang satu jam sebelum jadwal praktek karena
pengambilan nomor antrian dibuka jam 14.00 WIB. Telat sedikit aja nomor
antriannya udah sampe puluhan.
Setelah dipanggil, untuk pertama
kalinya aku ketemu Dokter Riris. Kesannya sih beliau keibuan dan lembut. Saat
di USG, terlihatlah kantung janin yang sudah terbentuk dan dinyatakan kalau
kehamilanku berusia 5 minggu. Kemudian resep ditulis dan tidak terlalu banyak
percakapan yang terjadi. Kami disuruh kontrol kembali 2 minggu lagi untuk
memastikan perkembangan janin karena
saat ini hanya terlihat kantungnya saja.
_____________
Jadi jika memutuskan untuk memilih
Dokter Riris, siapkanlah banyak pertanyaan sebelum kontrol. Aku nggak tau
apakah dokter kandungan lain juga sama, tapi ya sebagai wanita yang baru
pertama kali mengalami masa kehamilan pasti sangat mengharapkan dokter yang
komunikatif.
_____________
Dua minggu kemudian aku kembali
kontrol dengan Dokter Riris. Kali ini aku sudah mempersiapkan beberapa
pertanyaan, malah sampai dicatat biar nggak lupa. Alhamdulillah janin sudah
terlihat seperti kacang dan berukuran sangat kecil. Pertanyaanpun saya ajukan. Semua
pertanyaan dijawab tapi tidak terlalu banyak keterangan. Berarti kesimpulanku
nggak salah kalau beliau memang tidak terlalu banyak bicara.
Sempat ingin mencari-cari dokter
lain yang lebih komunikatif, tapi kok males banget ya. Alhasil sampai lahiran masih
tetap dengan dokter yang sama. Makin lama kontrol, rasanya makin nyaman aja
sama Dokter Riris. Mungkin karena udah semakin kenal kali ya. Obat dan vitamin
yang dikasih juga cukup bagus kok, terbukti dengan lahirnya anakku dalam
kondisi sehat.
Dokter Riris pro normal atau
nggak? Kalau yang ini aku nggak bisa menyimpulkan. Soalnya saat lahiran aku
sempat diusahakan lahiran normal, tapi akhirnya caesar juga. Cuma sebagai
pertimbangan aja, aku dianjurkan untuk senam hamil oleh Dokter Riris saat
kehamilanku memasuki usia 7 bulan agar ketika persalinan nanti lebih gampang, dan
selalu diingatkan setiap kali kontrol. Silahkan mommies simpulkan sendiri ya
beliau pro normal atau enggak.
Selama aku diinduksi 2 hari,
Dokter Riris hanya mengunjungi satu kali dalam sehari. Tapi selalu mengontrol
melalui telepon. Hanya saja saat dihubungi suster pada malam hari, responnya
lama (mungkin lagi tidur kali ya). Tapi kalo urgent gimana? Ya berpikir positif
aja deh, mungkin pihak rumah sakit sudah mempersiapkan dokter cadangan. Haha.
Saat operasi beliau sempat menenangkan
karena aku ribut banget ngomong hal-hal yang nggak penting saking takutnya. Hasil
jahitan beliaupun juga bagus, buktinya aku nggak mengalami masalah apa-apa
dengan luka setelah operasi. Aku juga tidak terlalu merasakan sakit berkat obat
yang beliau resepkan. Secara pribadi sih aku sangat puas dengan Dokter Riris.
Sebagai informasi Dokter Riris prakter di RS Muhammadiyah Taman Puring dengan jadwal sebagai berikut.
Senin 16.00-20.00
Selasa jam 15.00-18.00
Rabu jam 10.00-12.00
Kamis jam 13.00-18.00
Sabtu jam 15.00-19.00
Mungkin ini bisa menjadi bahan
pertimbangan bagi mommies yang berencana untuk kontrol dengan Dokter Riris.
Update
Sekarang aku sudah memiliki anak kedua. Alhamdulillah sudah merasa sangat nyaman dengan Dokter Riris. Semuanya lancar jaya. Meskipun awalnya diprediksi bisa melahirkan secara normal oleh beliau, setelah dilakukan pemeriksaan beberapa waktu sebelum lahiran, tapi kali ini aku sendiri yang menginginkan melahirkan secara sesar.
Terima kasih banyak Dokter Riris.
***
Update
Sekarang aku sudah memiliki anak kedua. Alhamdulillah sudah merasa sangat nyaman dengan Dokter Riris. Semuanya lancar jaya. Meskipun awalnya diprediksi bisa melahirkan secara normal oleh beliau, setelah dilakukan pemeriksaan beberapa waktu sebelum lahiran, tapi kali ini aku sendiri yang menginginkan melahirkan secara sesar.
Terima kasih banyak Dokter Riris.
Semoga
bermanfaat.
USG 4D, Perlukah?
Thursday, January 19, 2017
Novarty Eka Putriana
No comments
Source : freepik.com |
Akulah salah
satu diantara ibu hamil itu. Rasanya penasaran banget lihat kondisi si dedek di
perut senyata mungkin, nggak hanya dengan warna hitam putih seperti pada USG
2D.
Berhenti Kerja Demi Anak
Monday, January 16, 2017
Novarty Eka Putriana
4 comments
Source : freepik.com |
Hai moms, adakah yang lagi
merasakan hal yang sama? Yang lagi galau milih ngerawat anak sendiri atau tetap
bekerja? Inilah yang kurasakan beberapa minggu yang lalu.
Batin seorang ibu
nggak bakalan bisa bohong, pasti ingin selalu dekat dengan anaknya dan bisa melihat
setiap tumbuh kembangnya. Sebelum aku melahirkan anak pertamaku Byan, tak
pernah sedetikpun aku berpikir untuk berhenti kerja. Mengingat betapa kerasnya
perjuanganku agar bisa lulus seleksi CPNS di salah satu instansi pemerintah
yang tergolong oke dan sampai akhirnya aku diangkat menjadi PNS di kantor pusat
Jakarta. Aku sudah mempunyai pegangan hidup sampai aku tua nanti. Tak terkira
kebahagiaan orang tuaku saat itu karena aku bisa menjadi anak yang membanggakan
mereka. Yang pasti saat anakku lahir nanti, setelah 3 bulan dan masa cuti
berakhir, Byan ditinggal di rumah bersama pengasuh. Simple. Begitulah yang
kebanyakan ibu pekerja lakukan dan aku menganggapnya wajar. Apalagi aku PNS yang kerjanya lebih santai
dari pada karyawan swasta. Masih bisa pulang lah kalau ada masalah yang
mendesak.
Tapi semua itu berubah setelah
Byan hadir. Aku mulai berubah pikiran.
Kok rasanya nggak tega ya ninggalin anak
sama pengasuh? Nanti kalo pengasuhnya nggak sabar terus Byan diapa-apain
gimana? Apalagi banyak berita pengasuh yang menganiaya anak bahkan ada yang
sampai meninggal. Atau dititipkan di daycare aja? Kan pengasuhnya lebih
berpengalaman? Tapi kok masih nggak yakin ya takut Byan diapa-apain juga, kan
aku nggak ada disana buat ngawasin. Cari daycare yang ada cctv onlinenya aja biar
bisa mantau dari kantor? Tapi kok ya batinku masih tetap nggak terima ya? Kok aku
ibunya malah milih buat ngurusin berkas-berkas dikantor? Apalagi dengan beban
kerja yang nggak begitu berat.
Disaat aku santai begitu apakah Byan juga lagi ketawa? kalau dia lagi ketawa,
malah ketawanya sama orang lain bukan sama aku. Atau malah lagi nangis? Aku malah
nggak ada disana buat memeluknya. Aku merasa jadi orang yang egois. Byan lebih
butuh aku sebagai ibunya, bukan orang lain.
Saya sebagai anak yang memiliki
orang tua pekerja pernah merasakan bagaimana rasanya hidup bersama pengasuh. Nggak
semua pengasuh itu baik. Jadi ya untung-untungan dapat pengasuh yang bener apa
nggak. Jujur aku sangat membutuhkan kehadiran orang tua disisiku. Aku tau
mereka bekerja demi mencukupi kebutuhanku nanti. Tapi tetap juga aku merasa iri
dengan teman-teman yang selalu bisa bersama ibunya. Sepulang sekolah ada yang
menyambut dirumah, bukan seperti aku yang harus membawa kunci rumah sendiri
setiap hari. Melakukan apa-apa sendiri.
Ya nggak semua anak juga sih merasakan
hal yang sama. Ada juga yang lebih bangga memiliki ibu pekerja dan nggak
masalah ditinggal dirumah bersama pengasuh atau bahkan ditinggal sendiri. Mereka
bisa lebih mandiri.
Pengalaman ini malah membuat
kebingunganku bertambah.
Berminggu-minggu aku selalu
dibayang-bayangi oleh pemikiran-pemikiran itu. Suamiku selalu menenangkan bahwa
semua ibu pekerja awalnya pasti merasakan hal seperti itu. Pasti nggak mau
pisah sama anaknya setelah 3 bulan bersama. Lama-lama juga udah santai kok. Okelah
kalo keadaan yang memaksa untuk bekerja, tapi aku kan masih punya pilihan
karena suami masih kerja dan rasanya masih bisa mencukupi kebutuhan keluarga. Terus
nanti kalo aku berhenti kerja dirumah mau ngapain? Sekarang okelah masih sibuk
ngurusin Byan, nanti kalo dia udah sekolah aku pasti bosan dirumah nggak
ngapa-ngapain dan malah jadi stress. Stres itu kita yang nyiptain sendiri kok, kalo
kita bisa menata hidup dengan baik nggak bakalan stress. Tergantung masing-masing
orangnya.
Mungkin karena aku nggak sekuat
ibu-ibu pekerja lainnya, aku malah semakin ketakutan berpisah dengan Byan. Di setiap
waktu sholat aku selalu meminta petunjuk dan diberi ketenangan. Tapi tetap juga
tak merubah apapun.
Baca juga : Dalam Setiap Pilihan Pasti Ada yang Dikorbankan
Seminggu sebelum waktu cuti
berakhir, aku dan suami mengunjungi daycare didekat rumah. Sebelumnya kami
sudah mencoba dua orang pengasuh, tapi ya kelakuannya aneh-aneh. Makin nggak
percaya dong ninggalin Byan sama pengasuh berdua aja dirumah. Sedangkan ada aku
dirumah aja mereka berani macem-macem, apalagi aku kerja nanti?. Kembali ke
daycare, rencananya kami akan menitipkan Byan di sana dan kami yakin ini pilihan
yang tepat karena dua anak tetangga kami dititipkan di daycare ini. Dan kami
lihat pertumbuhan mereka baik dan sehat. Disepakatilah untuk trial satu hari
agar lebih meyakinkanku menitipkan Byan disana. Namanya daycare pasti ngasih
cerita yang bagus-bagus tentang kinerja mereka. Nggak mungkin kan mereka cerita
saat anak-anak yang mereka asuh sering nangis dan rewel saat berada disana (saking
nggak yakinnya malah berpikiran yang jelek-jelek, padahal belum tentu juga
kayak gitu, banyak juga kok daycare yang bagus).
Pagi itu sangat berat rasanya aku
mulai menitipkan Byan di daycare. Aku selalu mencoba menenangkan diri bahwa semuanya
akan baik-baik saja. Semua perlengkapan Byan sudah masuk ke dalam tas. Aku pun
sudah siap berangkat. Tapi tiba-tiba saja suamiku bilang mau ngobrol serius
sebentar, aneh banget. Nggak nyangka aku mendengar sebuah pernyataan suami yang
mungkin tak akan pernah aku lupakan seumur hidup. Suamiku bilang “Kok rasanya
tega banget ya nitipin Byan ke orang lain? Padahal kita mampu buat mengasuhnya
sendiri”. Aku langsung nangis-nangis bilang terima kasih, terima kasih buat
Allah karena sudah menjawab doa-doaku, terima kasih buat suamiku yang akhirnya
mengerti apa yang aku rasakan. Mulai detik itu juga tanpa ragu aku memutuskan
untuk resign dan suami mendukung sepenuhnya.
Ini hanya menceritakan apa yang aku alami. Tidak ada maksud lain. Memilih bekerja atau tidak, itu hak masing-masing ibu dan tidak ada pilihan yang salah. Setiap ibu pasti akan melakukan apapun yang terbaik untuk anaknya.
Aku sadar pasti akan banyak yang
tidak setuju dengan pilihan kami. Pasti akan ada perjuangan yang berat setelah
ini. Tapi inilah pilihan. Mau memilih bekerja sambil mengasuh, atau mengasuh sambil
bekerja? Dan aku memilih yang kedua. Banyak rencana yang akan aku dan suami
jalankan setelah ini. Aku akan mencari sumber rezeki lain tanpa harus meninggalkan Byan. Selagi niatnya baik, InsyaAllah hasilnya akan
baik. Rezeki masing-masing anak sudah dijamin sama Allah kok. Yakin, Berusaha
dan Berdoa. Doakan ya moms.
Semoga bermanfaat.
Susu Hamil
Thursday, January 12, 2017
Novarty Eka Putriana
No comments
Source : freepik.com |
Semua ibu hamil pasti ingin memberikan yang terbaik untuk perkembangan janin yang dikandungnya. Begitupun aku saat hamil anak pertamaku, Byan. Setelah melihat dua garis merah dengan jelas dari hasil test pack, aku baru yakin kalau aku hamil. Sebelumnya setiap aku test pack aku hanya melihat garis kedua yang samar-samar. Mungkin kadar HCGnya masih sedikit. Karena aku sering kecewa di bulan-bulan sebelumnya, jadi harus pasti dulu hasilnya. Saking berharapnya kepengen punya dedek. Haha.
Membawa Bayi Travelling, Siapa Takut?
Tuesday, January 10, 2017
Novarty Eka Putriana
No comments
Source : freepik.com |
Pejalanan pertamaku mungkin belum
terlalu jauh, yaitu dari Jakarta ke Bandung. Aku memaksakan diri karena harus
ikut ujian penyetaraan ijazah selama 2 hari 2 malam (berangkat minggu sore,
pulang selasa sore). Saat itu usia Byan baru 1,5 bulan. Memang ribetnya minta
ampun. Baju selemari aku bawa, pampers seplastik gede masuk mobil, perlengkapan
mandi, asip segambreng, pokoknya banyak banget deh. Sampe mobil penuh sama
barang-barang Byan, sedangkan aku cuma bawa baju seadanya. Saking seadanya banyak
banget yang ketinggalan..haha.
Sore itu mulailah perjalanan
kami. Untungnya ada mbak yg nolongin dalam perjalanan ini. Hujan diluar deres
banget. Otomatis dingin dong ya. Untung aku bawa selimut bayi. Ini penting ya moms, jadi jangan sampai lupa bawa selimut saat
bepergian jauh sama baby. Byan aku gendong agar dia merasa nyaman dan
hangat, tapi kok lama-lama capek juga ya..haha..jadi gantian deh sama si mbak.
Selama
perjalanan Byan anteng aja tuh, nggak rewel, nggak nangis, paling mimik cuma
sekali. Waktu itu aku masih belum pede buat mimikin Byan dimobil, aku bawa dot
dan asip biar gampang ngasihnya. Padahal itu lebih ribet dari pada mimikin
langsung. Jadi jangan pakai cara ini ya moms. Secara kan harus bawa asip,
cooler bag, termos nyimpan air panas buat angetin asi, buat cuci dotnya dan bla
bla bla. Apalagi ini cuma ke Bandung yang 3 jam udah nyampe kalo jalanan lancar.
Selama perjalanan pun aku nggak perlu ganti diapers Byan karena sebelum
berangkat udah diganti. Makanya sebisa mungkin gantilah diapers sebelum bepergian dengan si kecil karena nanti belum
tentu saat di luar kita bisa leluasa menggantinya sesuai jadwal. Akhirnya sampai
juga lah kami di Bandung dengan selamat dan yang paling penting Byan anteng.
Baca juga : Ruam Popok pada Bayi
Saat nginap di hotel yang jadi syarat
itu ada tiga yaitu yang pertama harus ada kulkas buat nyimpan asip, harus ada
air panas dan harus ada bath tub. Tapi hotel di tempat aku nginap nggak ada
bath tub nya. Muncullah permasalahan baru, cara mandiin Byan gimana? Berbekal
dari searching diinternet, aku mandiin Byan di wastafel hotel. Emang miris sih
keliatannya, tapi mau gimana lagi. Kalo hotel yang ada bathtub mah bisa
mandiin kayak biasa karena air bisa ditampung. Mandiin bayi di wastafel ini
harus ekstra hati-hati karena permukaannya yang keras. Untung aja badan Byan
masih muat di wastafelnya walaupun sempit. Karena cuma 2 hari nggak apa-apa deh
kalo Byan mandi seadanya, nggak tau bersih apa nggak. Walaupun begitu kebersihan
wastafelnya tetap harus diperhatikan ya moms. Kan kita nggak tau tuh pengguna kamar
sebelumnya make wastafel buat apa aja dan nggak tau juga pihak hotel
ngebersihinnya gimana. Jadi aku rendem dulu wastafel sama air paling panas yang
bisa dikeluarin sama kerannya. Semenit, airnya buang dan aku ulang sampai 5x.
Perjalanan pulang juga sama kejadiannya,
hanya waktunya aja yang berbeda karena kami pulang saat masih terang. Berhubung
bayi umur 1,5 bulan masih banyak tidur nggak memandang siang atau malam, lebih
enak aja kalo bepergian saat masih ada cahaya. Mau ngapa-ngapain keliatan,
nggak harus meraba-raba.
***
Lanjut ke perjalanan selanjutnya.
Perjalanan kedua ini jaraknya jauh lebih panjang dari yang sebelumnya, yaitu
Jakarta – Ungaran (Jawa Tengah) selama 4 hari. Ceritanya Byan mau akikahan di kampung
ayahnya. Awalnya kami bingung milih kereta atau bawa mobil sendiri (naik
pesawat belum bisa karena saat itu usia Byan baru 2,5 bulan). Kalo naik kereta
kan ribet, nggak bisa bawa ini itu, harus ke stasiun dulu, nanti Byan tidur
gimana, ganti diapers gimana, mimiknya gimana, belum lagi dikereta banyak orang
yang otomatis kuman penyakit banyak beterbangan, sehingga emaknya Byan dengan mantap
memilih pake mobil aja. Tapi kalo naik mobil malah si ayah yang ragu karena
takut kecapekan dijalan. Tapi akhirnya luluh juga dan mau nyetir demi
kebahagian bundanya Byan.
Pada perjalanan kali ini aku udah
mulai bisa mengira-ngira apa saja yang perlu dibawa. Kira-kira ini ceklistnya:
🌸 Kaus kaki, topi, sarung tangan dan atribut lain yang dianggap penting. Jumlahnya sesuaikan aja. Tapi tetap harus ada cadangan lebih ya.
🌸 Diapers diperkirakan saja sesuai kebutuhan. Lebihin juga ya.
🌸 Perlengkapan mandi : sabun, shampoo, handuk, minyak telon, diapers rash cream, parfum bayi, minyak-minyakan lain yang biasa dipakai baby. Kalo Byan make minyak kelapa (baca cara mengatasi kulit lecet dan kemerahan pada lipatan tubuh bayi).
🌸 Selimut, gendongan, bedong (buat alas ganti popok atau jadi selimut juga bisa).
🌸 Breastpump, botol atau kantong asi, cooler bag, ice gel, dot, sabun pencuci botol + sponnya.
🌸 Tisu basah, tisu kering, kapas basah untuk ngelap kalo ganti diapers.
🌸 Cotton buds dan kassa steril buat bersihin telinga, hidung dan lidah.
🌸 Gunting kuku.
🌸 Thermometer.
🌸 Obat demam.
Sebelum berangkat aku juga ada
permintaan sama si ayah, yaitu beli matras buat mobil yang bentuknya kira-kira
seperti ini.
Biar Byan bisa tidur nyeyank
dengan posisi datar, ganti diapersnya gampang dan yang paling penting bundanya
bisa tiduran juga, haha. Seperti inilah kira-kira kenyamanan Byan dan bundanya.
Kami berangkat jam 5 pagi. Malamnya
semua perlengkapan sudah disiapkan, Byan juga aku mandiin jam setengah 5 subuh.
Awalnya aku ragu mandiin Byan sepagi ini karena takut dia kedingingan, tapi
selama airnya hangat aman-aman aja kok. Byan tetap happy saat mandi. Karena kepagian,
habis mandi dia tidur lagi. Dengan tidurnya Byan, proses angkut-angkut barang
ke mobil jadi gampang.
Perjalanan pun dimulai. Byan
masih tidur sekitar satu jam dan terbangun karena lapar. Setelah mimik, dia
tidur lagi. Ganti diapers juga nggak bikin dia rewel. Sebisa mungkin gantilah diapers sebelum bayi mimik. Karena biasanya
bayi akan merasa ngatuk setelah meminum asi. Bayi pasti merasa terganggu jika
mengganti diapersnya saat dia baru tertidur.Nggak mau kan si dedek jadi rewel karena hal
sepele kayak gini. Alhamdulillah Byan anteng sampai kami tiba di Ungaran. Dalam
perjalanan kembali ke Jakarta pun aku masih menggunakan metode yang sama. Karena
berangkat dari Ungaran sudah agak siang, jadi kita masih diperjalanan saat
malam hari. Entah kenapa saat gelap Byan jadi agak rewel. Mungkin dia nggak
suka gelap-gelapan kali ya. Tapi kan nggak semua bayi juga yang nggak nyaman
dalam keadaan gelap. Malah ada juga bayi yang tidurnya lebih lelap dalam cahaya
yang minim. Kalau untuk mengatur waktu keberangkatan, bisa dicoba-coba dulu ya
moms. Sekali coba berangkat siang, besoknya berangkat malam. Tapi kalau aku
pribadi lebih suka berangkat siang karena terang dan kalau mau ngapa-ngapain
gampang. Kalau malam kan harus nyalain lampu mobil dulu. Nggak mungkin bisa
ganti diapers gelap-gelap gitu kan?
Begitulah pengalamanku membawa
Byan dalam perjalanan jauh yang kali ini melalui jalur darat menggunakan mobil.
Semoga bermanfaat ya moms.
Cara Mengatasi Kulit Lecet dan Memerah pada Lipatan Tubuh Bayi
Monday, January 9, 2017
Novarty Eka Putriana
No comments
Source : freepik.com |
Hai moms, pernah nggak kulit sikecil lecet atau memerah pada lipatan leher, paha atau lengan? Apalagi kalo si dedek berbadan gemuk, pasti lebih banyak lipatan. Anakku Byan pernah mengalami ini saat tubuhnya mulai berisi. Awalnya aku melihat kulit leher Byan yang lecet. Mungkin ini disebabkan oleh gesekan saat menggeleng-gelengkan kepala. Selain itu kulit bagian leher juga selalu tersembunyi sehingga sering lembab karena keringat.
Solusi yang paling sering
diberikan oleh orang-orang disekitarku adalah dengan mengoleskan baby oil agar
kulit menjadi licin atau memberikan bedak bayi agar keringat bisa terserap oleh
bedak sehingga kulit selalu kering. Memang sih logika itu benar, tapi untuk
menaburkan bedak di tubuh Byan aku nggak mau karena menurut dokter bedak bisa
terhirup dan masuk ke paru-paru bayi. Aku ambil cara yang kedua yaitu
megoleskan baby oil pada seluruh lipatan ditubuh Byan. Entah karena kulit Byan
yang tidak cocok dengan baby oil atau memang ini bukan cara yang tepat untuk
mengatasinya, lecetnya malah semakin parah
Aku memutuskan untuk menggunakan
bahan alami saja supaya efeknya tidak terlalu besar. Bersumber dari pengalaman
temanku yang alergi pada kulit anaknya hilang setelah dioleskan minyak kelapa,
pilihanku jatuh pada penggunaan minyak ini.
Awalnya aku mau beli minyak kelapa
yang banyak dijual dipasaran, tapi kok aku ragu kalau minyak itu nggak asli.
Akhirnya aku minta tolong bikinin minyak kelapa murni sama mamaku di Padang dan
minta dikirimin ke Jakarta. Kalau kayak gini kan sudah pasti terjamin
keasliannya.
Baca juga : Ruam Popok pada Bayi
Setelah kiriman sudah sampai, aku
coba oleskan ke lipatan tubuh Byan setiap selesai mandi. Olesnya tipis aja
nggak usah banyak-banyak. Takutnya nanti kalau kebanyakan, kulitnya malah
menjadi lembab. Dan hasilnya sangat mujarab! Dalam sekali pemakaian aja
merahnya udah langsung hilang. Tapi kalo lecetnya bisa benar-benar sembuh
setelah dua hari. Jadi sampai sekarang aku masih mengoleskan minyak kelapa
setiap Byan selesai mandi. Nggap peduli deh Byannya jadi bau minyak kelapa,
nggak bau minyak telon, nggak sama kayak bayi lain. Yang penting kulitnya
bersih, mulus. Sebagai solusinya, aku harus beli parfum bayi biar aroma minyak
kelapanya tersamarkan.
Semoga bermanfaat ya moms.
Dampak Setelah Operasi Caesar
Source : freepik.com |
Kali ini aku ingin berbagi pengalaman apa yang aku rasakan setelah operasi caesar. Sebelumnya aku bisa bilang kalau sekarang operasi caesar itu tidak semenyakitkan yang dipikirin kok moms. Jadi yang rencananya mau operasi, tenang aja ya. Kemajuan ilmu kedokteran sekarang mah sudah berkembang pesat. Nggak bisa disamain dengan cerita ibu-ibu seumuran orang tua kita yang harus buka jahitan dan menahan rasa sakit yang luar biasa, atau lukanya infeksi, jahitannya kebuka, dan sebagainya.
Baca juga : Persiapan Kelahiran Anak Pertama
Sesaat setelah operasi, yang
kurasakan cuma rasa ngantuk. Badan nggak bisa digerakin. Wajar lah namanya juga
dibius. Waktu itu aku dioperasi jam 7 malam. Setelah tidur pulas semalaman, aku
terbangun keesokan harinya jam 6 pagi. Saat terbangun, aku sudah bisa
menggerakkan kaki, tapi rasa kantuk masih terasa. Nggak tau itu karena pengaruh
sisa-sisa obat bius atau memang akunya yang capek. Sakit bekas sayatan operasi pun
nggak kerasa sama sekali. Mungkin karena obat anti nyeri yang masih dialirkan
ketubuhku melalui selang infus, yang diminum dan yang dimasukin melalui (maaf)
anus. Ya wajarlah dengan obat anti nyeri sebanyak itu aku nggak ngerasain sakit
apa-apa. Aku juga disuruh menggunakan gurita korset agar perut tidak
bergoyang-goyang (maklumlah masih banyak gelambir) dan jahitan pun semakin
cepat merekatkan bekas sayatan. Aku masih menggunakan kateter sampai lebih dari
24 jam setelah operasi sampai diperbolehkan turun dari tempat tidur.
Setalah 24 jam terlewati, aku
disuruh memiringkan badan ke kanan dan kiri.
Nah disini aku mulai merasakan nyeri pada
luka bekas operasi. Tapi nggak sakit-sakit banget kok. Mungkin dipengaruhi sama
pikiran-pikiran menakutkan seperti jahitan yang lepas atau pisau yang membelah
perut, jadi nyerinya semakin kerasa. Setelah itu aku disuruh duduk. Nah ini
makin sulit. Nyerinya makin kerasa. Ya tapi rasa sakitnya harus ditahan.
Apalagi udah ada si dedek disamping kita, otomatis itu jadi semangat untuk
segera bisa turun dari tempat tidur dan leluasa menggendongnya.
Beberapa jam kemudian kateterku
dilepas dan disarankan untuk mulai berjalan. Sebisa mungkin pipis dan pup
jangan ditahan karena itu menyebabkan perut membengkak dan berpengaruh sama
luka jahitan. Alhamdulillah aku bisa pipis dan pup dengan lancar. Tapi ada juga
teman-teman yang cerita kalau merasakan nyeri saat pipis atau pup. Ini
disebabkan oleh perut yang awalnya menggembung, langsung kempes setelah isinya
dikeluarkan. Tapi jangan khawatir, sakitnya masih manusiawi kok.
Lanjut lagi ke tahap berikutnya.
Aku disuruh jalan. Kok rasanya tega banget ya tuh suster nyuruh aku jalan
secepat ini??? Aku sebagai pasien gimanapun juga harus nurut dong. Akhirnya kupaksakan
diri untuk turun dari tempat tidur. Duduk aja masih terasa nyeri, apalagi
jalan??? Ternyata tanpa diduga saat melangkahkan kaki aku tidak merasakan sakit
seperti yang kubayangkan. Nyerinya malah hampir tak terasa.
Sebenarnya yang menyebabkan nyeri
adalah pergerakan kita yang membutuhkan tenaga otot seperti dari posisi
berbaring ke posisi duduk, atau miring kiri kanan, dari posisi duduk ke posisi
berdiri dan sebaliknya. Tapi jika kita dalam posisi yang sama dalam waktu lama,
rasa nyeri tak akan terasa.
Setelah 3 hari aku diperbolehkan
pulang, obat nyeri berupa kapsul minum dan obat yang dimasukkan melalui “bawah”
diresepkan oleh dokter. Jujur ini sangat membantu untuk mengurangi rasa sakit. Perban
yang menutupi luka jahitanpun anti air jadi nggak masalah kalo terkena air saat
mandi. Seminggu kemudian jadwal untuk ganti perban. Prosesnya sangat cepat dan
tidak terasa sakit. Resep obat-obatan sebelumnya tidak diberikan lagi, hanya
diberikan obat oles luar pada luka jahitan. Minggu berikutnya aku dijadwalkan
lagi untuk kontrol luka jahitan. Tapi karena capek, cuaca nggak mendukung, dan
malas (yang ini jangan ditiru yaa..haha) tertundalah hingga 3 minggu kemudian. Agak
takut juga sih lukanya jadi infeksi karena kelamaan.
Baca juga : Pengalaman Pertama Menyusui Bayi
Alhamdulillah pas kontrol lukanya
dibilang bagus sama dokternya dan perban dibuka. Untung lukanya nggak
kenapa-napa ya..hee. Rahimku pun sudah
mengecil. Kali ini aku tidak dikasih obat apa-apa dan tidak perlu kontrol lagi.
Jadi jangan takut berlebihan ya
moms kalo diharuskan operasi caesar. Ilmu kedokteran udah canggih kok. Semoga bermanfaat.
Review Merek Diapers
Source : freepik.com |
Hai mom, pernah ngalamin gonta-ganti popok si kecil nggak sampai menemukan yang benar-benar cocok? Kali ini aku mencoba memberikan review mengenai 3 jenis diapers yang pernah aku pakein ke anakku Byan. Ya walaupun sedikit mudah-mudahan bisa mengobati kegalauan ibu-ibu yang lagi nyari diapers lah. Tapi disini aku nggak bahas mengenai harga ya mom.
Mamy Poko Extra Dry Perekat
Ini diapers pertama yang dipake
Byan yang saat itu berumur 1 minggu. Selama digunakan memang kering sih, nggak
bocor walaupun udah menggembung karena Bundanya telat ganti. Ada garis birunya
juga lagi buat indikator seberapa banyak cairan yang sudah terserap. Tapi
karena menggunakan perekat disisi kiri kanannya, pipis atau pup bisa merembes
dari pinggir diapers jika pemasangan tidak pas. Karena bayi mungil harus make
yang perekat, aku menyimpulkan kalau merek ini bagus.
Pampers
Karena ada diskon, si Ayah
membeli diapers merek ini. Pertama kali megang, ini diapers lembut banget. Yang
ukuran newborn pampers ini lebih kecil jika dibandingkan dengan ukuran new born
nya mamy poko. Warnanya juga aku suka. Daya tampungnya pun sama kayak mamy
poko, nggak bocor walaupun sudah menggembung/penuh. Garis indikatornya juga ada
buat ngasih tau diapers udah penuh apa belum. Cuma kok aku ngerasa ini sedikit
lebih lembab dari pada mamy poko. Apa karena terlalu lembut ya?? Selain itu
kalo Byan pup dan aku nggak tau, pupnya kan keserap jadi kering tuh, kulitnya
nempel sama diapers. Kan kalo ditarik ngeri juga, secara kulit bayi masih
sensitif. Akhirnya aku menghentikan menggunakan merek ini. Padahal lagi murah
karena diskon, hiks.
Baca juga : Kapan Harus Mengganti Ukuran Diapers Anak?
Mamy Poko Pants Standar (Kuning)
Jadi ceritanya waktu akikah Byan
di Ungaran, diapersnya yang mamy poko biru abis. Udah nyari-nyari keliling
Ungaran nggak ada yang jual. Terpaksa deh beli yang standar (kuning). Pas awal
makein udah deg-degan nih takut nggak cocok. Tapi Alhamdulillah kulit Byan bisa
menerima perubahan merek diapersnya. Cuma aku nggak sukanya diapers ini bocor
kalo kepenuhan. Waktu itu kan aku pernah telat ganti karena lagi jalan-jalan
dan nggak bawa stroller. Kebetulan saat itu Byan mimiknya lagi banyak. Alhasil
celana dan baju Byan basah sampe kepunggung. Kan kasian banget. Aku langsung
nyimpen sisa diapersnya dan nggak mau pake lagi kecuali dalam keadaan yang
bener-bener urgent.
Mamy Poko Pants Extra Soft
Ini yang paling sesuai dengan
seleraku (walaupun yang make Byan, haha). Karena Byan udah nendang-nendang,
nggak bisa lagi pake yang perekat. Bisa bikin lecet kiri kanan pahanya. Merek ini
kelembutannya nggak jauh beda dengan merek pampers (ya walaupun soal kelembutan
masih menang pampers). Kalo yang pants, garis indikatornya udah nggak ada. Jadi
ngecek penuhnya berdasarkan tingkat kegembungan aja. Nggak bocor, melekat
sempurna di pantat Byan. Gambarnya juga lucu. Ada perekatnya buat ngegulung
diapers saat mau dibuang, jadi lebih rapi saat masuk tempat sampah, hee.
Pokoknya oke lah. Sampai sekarang aku masih menggunakan merek ini dan belum ada
niat untuk ganti.
Sweety Gold Pants
Sekarang Byan sudah menemukan pelabuhan hatinya yang baru, haha. Lebih tepatnya pelabuhan hati emaknya sih. Bagus dan pas dikantong. Bukannya perhitungan tapi kalau ada yang lebih murah dan cocok kenapa enggak. Awalnya nyoba-nyoba aja iseng ganti merek karena banyak banget yang make merek inj, eh ternyata cocok. Diawal sempet pernah bocor sih waktu tidur, tapi kayaknya karena aku masangnya nggak pas. Kesini-kesini malah nggak pernah bocor lagi. Agak lebih tipis dari Mamy Poko sih dan otomatis mungkin daya tampungnya nggak sama. Tapi karena setiap ganti diapers nggak pernah kepenuhan sampai melimpah ruah makanya fine aja. Diamond layer technology dari diaper ini menurut aku lumayan bagus juga karena tidak semua bagian diaper yang tersentuh kulit, hanya 50% saja. Otomatis bikin lebih adem juga kan. Yang penting Byan nggak ruam dan enjoy makenya. Bayi senang, bunda pun tenang.
Semoga bermanfaat :)
Baby Blues Syndrome
Saturday, January 7, 2017
Novarty Eka Putriana
No comments
Source : freepik.com |
Jika kebanyakan ibu yang baru melahirkan merasa bahagia, tidak denganku. Entah kenapa didalam kebahagiaan yang kurasakan, aku merasa terbebani dengan bayiku, Byan (aku merasa bersalah menulis ini sekarang, tapi ya itulah yang kurasakan). Saat pertama Byan diantar suster ke kamarku, aku sudah mulai merasakan perasaan yang tak enak. Mulai dari aku yang harus bangun setiap Byan menagis padahal bekas operasi masih terasa begitu nyeri, asi yang tidak keluar selama dua hari, dan banyak lagi hal lain yang saat itu kurasa begitu membebani. Aku merasa capek, tidak bisa tidur, kurang istirahat, tidak nafsu makan, perasaan tidak enak, tidak nyaman, duuh pokoknya campur aduk deh.
ASI Terlalu Deras (Hiperlaktasi)
Source : freepik.com |
Jika pada tulisan yang lalu Pengalaman Pertama Menyusui Bayi, aku menceritakan sulitnya tubuhku memproduksi asi, sekarang setelah aku pulang ke rumah malah terjadi yang sebaliknya. Kira-kira seminggu aku diperbolehkan pulang dari rumah sakit, asiku melimpah ruah. Memang benar asi yang banyak merupakan anugerah yang tak terhingga dari Yang Maha Kuasa yang menjamin bayiku, Byan, tidak kekurangan asupan makanan. Berat badan Byan pun naik dengan cepat. Mungkin ini dikarenakan rajinnya aku mengkonsumsi vitamin pelancar asi dan minum susu khusus ibu menyusui. Awalnya aku merasakan tidak ada hal yang harus dikhawatirkan. Byan pun terlihat baik-baik saja. Bahkan dengan asi ku yang banyak, aku bisa menyediakan asi yang cukup saat Byan kuning.
Pengalaman Pertama Menyusui Bayi
Friday, January 6, 2017
Novarty Eka Putriana
2 comments
Source : freepik.com |
Ternyata menyusui bayi itu tak
segampang kedengarannya. Apalagi anak pertama. Itulah yang kualami saat pertama
kali menyusui putra pertamaku, Byan. Ketika kudekap tubuh mungil Byan, tanpa
menunggu lama langsung kucoba untuk menyusuinya. Alhamdulillah Byan sudah mulai
bisa menghisap. Nggak kusangka ternyata hisapan bayi sakit banget. Bener-bener
sakit. Mau dilepas nggak mungkin. Gimanapun sakitnya, aku harus tetap
menahannya. Ternyata masalah yang kuhadapi bukan cuma itu saja, tapi saat itu
asi ku belum keluar. Kering sama sekali. Aku panik bukan main karena Byan
selalu menangis seperti kelaparan. Entah berapa kali aku memencet bel untuk
memanggil suster untuk menanyakan apakah Byan baik-baik saja. Dan untuk
kesekian kali juga suster menjelaskan bahwa bayi yang baru lahir memiliki cadangan makanan untuk bertahan hidup selama 72 jam.
Yang harus kulakukan hanya terus menyusui Byan karena air liur bayi bisa merangsang produksi asi.
Bayiku Kuning
Thursday, January 5, 2017
Novarty Eka Putriana
6 comments
Source : freepik.com |
Seminggu setelah bayiku, Byan, lahir semuanya dirasa baik-baik saja. Dia terlihat sehat, asi lancar, pipis dan BAB pun normal. Hanya saja memang saat itu musim hujan jadi tidak bisa dijemur. Selain itu dia juga sering tidur dan terkadang jadwal mimiknya kelewat. Dia juga semakin jarang menangis. Tapi ya aku anggap itu masih wajar karena memang bayi baru lahir lebih sering tidur. Orang tua bilang kalo bayi tertidur pulas itu berarti dia kenyang, nanti kalo laper juga nangis sendiri.
Persiapan Kelahiran Anak Pertama
Tuesday, January 3, 2017
Novarty Eka Putriana
No comments
Source : freepik.com |
Sebagai calon ibu baru pasti bingung mau beli perlengkapan apa aja buat si baby dan buat si ibu sendiri pas lahiran nanti. Selain itu kapan mau mulai ngambil cuti buat ibu pekerja. Kalo masalah cuti aku nggak bisa merekomendasikan kapan waktu yang tepat untuk memulainya, soalnya kondisi masing-masing ibu berbeda. Ada yang masih ingin kerja sampai deket-deket waktu lahiran biar nggak bingung dirumah sendiri dan nanti bisa lebih lama sama anak, ada juga yang ngambil dua minggu sebelum HPL biar ada waktu buat mempersiapkan fisik dan mental buat lahiran, atau ada juga yang kantornya mewajibkan ngambil cuti sebulan sebelum lahiran. Jadi kali ini aku lebih fokus membahas tentang perlengkapan apa saja yang akan dipersiapkan buat persiapan lahiran agar nggak mubazir.
Pengennya lahiran normal, eh ujung-ujungnya caesar juga. (Part 2)
Sunday, January 1, 2017
Novarty Eka Putriana
No comments
Source : freepik.com |
Jam tujuh malam nanti aku bakalan dioperasi. Rasanya udah campur aduk deh. Pengen si dedek cepet lahir, udah bosen di rumah sakit dan yang pasti takut banget dioperasi. Disuntik aja udah takut banget, apalagi ini mau dioperasi. Aku disuruh makan dulu, aku shalat dulu (tayamum dan ditempat tidur aja sambil duduk) dan minta dukungan suami. Suster minta aku make baju operasi dan mencukur (maaf) bulu kemaluan.
Sambil nunggu
jam operasi, aku dibawa ke ruang pemulihan. Hawa dingin ruang operasi udah
mulai kerasa. Perut udah mules saking takutnya. Ngobrol sama suster katanya
operasi itu Cuma bentar kok, sejam juga udah selesai. Tapi tetap juga itu ga
bisa bikin tenang.
Setelah nunggu sekitar
satu jam, akhirnya aku masuk ke ruang operasi. Ternyata suami nggak boleh masuk.
Aku makin panik. Nanti didalam aku megang tangan siapa??? Yang nemenin siapa? Yang
nenangin siapa?. “Tenang aja, di dalam rame kok”, gitu kata susternya. Ya tapi
kan tetap beda. Emang peran suami bisa tergantikan apa??? (ceileeeh). Ya udah
aku pasrah.
Ruang operasi itu
bener-benr dingin. Diatas ada lampu sorot terang banget. Semua dinding dan atap
mengkilat kayak seng putih. Ternyata di dalam emang rame. Ada empat orang yang
sudah menanti. Dokter anastesi mulai bekerja ditemani satu suster. Aku disuruh
duduk sambil meluk bantal dan membungkuk untuk menyuntikkan obat bius. Jadi ya
gambarannya itu kan tulang punggung kita ada ruas-ruasnya, nah obat biusnya itu
disuntikkan ke antara ruas punggung itu. aku mulai merengek-rengek nggak jelas.
Pokoknya selama penyuntikan aku gak boleh gerak, kalo nggak nanti bisa ngulang
lagi karena obatnya ga masuk sesuai yang diharapkan. aku teriak-teriak
ketakutan, beneran. Untung dokter sama susternya sabar banget. Akhirnya proses
pembiusan selesai. Aku dibaringkan dan biar aku nggak bisa ngeliat proses
operasi, dikasih kayak gorden kecil gitu di antara dada dan perut. Kakiku mulai
kesemutan, terasa berat banget dan akhirnya gak bisa digerakin, cairan dingin
diolesin keperutku dan itu warnanya kayak obat merah. Kenapa aku bisa tau??? Itu
keliatan dari atap dan dinding yang kayak seng!!!. Aku makin tak terkendali. Aku
teriak-teriak sambil bilang “Jangan dioperasi dulu dokteerr, masih kerasa
kakinya, nanti sakiiiit”, duuuh kalo diinget-inget malu banget deh.
Saran
Kalo kondisi ruangan operasi yang dindingnya dari seng yang bisa
mantul-mantulin bayangan kita, mending pas operasi berlangsung jangan
celingak-celinguk kemana-mana. Gak mau kan ngeliat perut dibelah ama pisau????
Dokter anastesi setia
menemani disampingku, ngajak ngobrol terus, nyuruh istighfar. Nggak tau tuh
kapan mulainya si dokter ngbelek perut. Beberapa menit kemudian aku mulai sesak
nafas. Selang oksigen dipasangin lagi ke hidung. Tapi kebetulan pas operasi aku
lagi flu, mungkin karena ruangan yang dingin banget hidung mampet dua-duanya. Ya
gak bisa ngirup oksigen dari selang lah. Akhirnya pake yang kayak masker biar
bisa nafas lewat mulut. Lama-lama aku mulai ngantuk, berasa ngefly gitu. Tapi masih
tetap sadar.
Terdengarlah suara
tangisan bayiku. Nggak bisa diungkapkan deh itu senengnya gimana. Aku langsung
nangis dan mengajukan pertanyaan yang gak penting yaitu “Dokteeer, jarinya lima
kan???”. Sambil ketawa dokternya jawab, “Alhamdulillah sehat bu”. Aku gak tau
tuh anakku dibawa kemana dan diapain, sampai bayi mungilku ditengkurepin di
dadaku. Ya Allah anakku..pengen banget rasanya aku memeluk tapi tanganku gak
bisa digerakkan. Dengan samar-samar aku lihat mukanya, rambutnya yang tebal dan
kulitnya yang putih..gantengnyaaa. Anakku diangkat kembali sama susternya. Aku
udah nggak inget lagi sama proses operasi, yang aku bayangin cuma anakku.
Nggak
kerasa operasinya selesai, aku nggak ngerasain apa-apa, aku ngantuk, yang bisa
digerakin cuma kepala doang. Aku dibawa keruang pemulihan. Aku melihat lagi
wajah suamiku tercinta. Aku mendengar ceritanya, anak kami di-azan-i dan di-iqamat-i,
sempet juga difoto-foto dan diperlihatkannya kepadaku. Aku terharu lagi dan
nangis lagi. Makasi ya Allah akhirnya anak kami lahir dengan selamat. Aku pun
tertidur.
_____________
Muhammad
Abyan Arkaputra. Bayi laki-lakiku yang lahir pada tanggal 19 September 2016 jam
19.40 WIB, panjang 45 cm dan berat 2550 gr. Bunda mencintaimu nak.
_____________
Pengennya lahiran normal, eh ujung-ujungnya caesar juga. (Part 1)
Source : freepik.com |
Sabtu ini kayak biasanya aku sama suami kontrol ke dokter. Minggu ini usia kehamilanku udah 36 minggu. Setelah daftar, nunggu giliran, akhirnya ketemu juga sama dokternya. Langsung disuruh tiduran untuk USG ngecek keadaan si baby boy dalam perut. Ukur lingkar kepala, lingkar perut dan berat bayi. Dokternya bilang berat si baby masih kurang dari yang seharusnya, padahal tiap hari aku udah makan ini itu sampe perut begah. Mungkin tubuh emaknya lebih gesit nyerap makanan dari anaknya kali ya..hee. Padahal ya klo aku udah naik timbangan tuh rasanya gimana gituu..deg2an aja liat berat badan yang meroket tajam yang saat itu jarumnya ngarah ke angka 80. Tapi demi si dedek aku ikhlas berjalan setiap waktu dengan badan bulat kayak gini.
Subscribe to:
Posts (Atom)