Review Breast Pump PHILIPS AVENT Single Electric

No comments

Menurutku Breast Pump merupakan salah satu perlengkapan yang wajib dibeli oleh para ibu. Kenapa harus punya? Kan saya bukan ibu pekerja? Mungkin ada yang bertanya seperti itu. Alasannya adalah antisipasi kalau ada kejadian apa-apa setelah si baby lahir. Contohnya jika bayi kuning dan harus disinar di rumah sakit yang mengharuskan ibu mengantarkan stok asi. Anakku Byan sempat mengalami kuning saat usianya 1 minggu. Walaupun tidak sampai disinar, tapi tetap juga aku harus pumping untuk memberikan ASI karena Byan terlalu lemas untuk menghisap, jadi aku nggak bisa mimikin langsung. Atau bisa juga sang ibu mengalami hiperlaktasi seperti yang aku alami beberapa waktu lalu. Mau nggak mau aku harus pumping karena anakku tidak sanggup menahan derasnya asi dan menolak untuk mimik secara langsung. Mungkin banyak lagi kejadian tak terduga lainnya yang mengharuskan kita memberikan ASIP kepada sang buah hati.

Bingung Puting karena Dot

7 comments
Source : freepik.com
Awalnya aku nggak percaya ada bayi yang bingung puting karena menggunakan dot. Banyak kok temen-temenku di kantor yang memberikan ASIP menggunakan dot selama dia bekerja. Nggak ada masalah dan anaknya mau-mau aja mimik langsung saat ibu mereka di rumah. Jadi aku memilih menggunakan dot untuk anakku Byan  saat aku mengalami Hiperlaktasi. Aku juga menggunakan dot saat Byan kuning (walaupun saat itu gagal), karena aku rasa lebih gampang dari pada menggunakan sendok atau alat lain.

Review Buku “ANTI PANIK MENGASUH BAYI 0-3 TAHUN”

No comments


Sebelum lahiran aku dan suami jalan-jalan ke salah satu buku ternama sekalian untuk mengikuti saran dokter supaya memperbanyak jalan pas hamil gede. Setelah muter-muter, celingak-celinguk kanan kiri, ada satu buku yang menarik perhatian, yaitu Buku ANTI PANIK MENGASUH BAYI 0-3 TAHUN.

Aku Mengalami Hiperemesis

No comments
Source : freepik.com
Wanita mana yang tidak bahagia jika dirinya dinyatakan positif hamil. Apalagi ini kehamilan anak pertama yang sudah dinanti-nanti untuk menambah keceriaan dalam keluarga dengan hadirnya si kecil. Begitupun aku, setelah menunggu selama 4 bulan dengan penuh ketidaksabaran akhirnya harapanku terwujud. Aku dinyatakan positif hamil.

Deg-degannya Menunggu Kehamilan

No comments
Source : freepik.com

Tanggal 2 Oktober 2015 aku resmi menjadi seorang istri. Aku dan suami sepakat tidak akan menunda memiliki anak, malah kalau bisa langsung hamil. Saat itu pengetahuanku tentang kehamilan sangat dangkal, hanya sebatas sel telur yang bertemu dengan sel sperma dan berkembanglah menjadi bayi. Kayaknya itu bukan hal yang sulit. Aku yakin akan bisa hamil pada bulan pertama pernikahan kami. Toh kita masih muda kok.

Sebulan berlalu dan aku sangat kecewa karena siklus menstruasiku masih datang teratur seperti biasanya. Tapi ditengah kekecewaan itu, aku merasa ini masih wajar. Kan baru sebulan. Mungkin belum rejeki.

Lanjut lagi ke bulan kedua, aku telat satu hari. Udah langsung deg-degan aja saking berharapnya diperutku ada calon bayi. Udah mulai jalan pelan-pelan, nggak mau naik tangga walaupun cuma satu lantai, makan dan minum nggak sembarangan lagi, pokoknya semua yang membahayakan janin diperutku akan aku hindari. Tapi harapanku kandas lagi karena esok harinya aku kembali merasakan darah haid yang keluar. Sedihnyaaa..aku langsung nangis, merasa ada kelainan ditubuhku, nggak menerima kenyataan. Apalagi hari itu aku juga mendapat kabar kalau kakak iparku hamil anak kedua, padahal dia program disaat yang sama dengan pernikahanku. Ditambah lagi teman sekantor yang hari pernikahannya sama sudah hamil juga. Aku makin merasa terpukul. Memang sih terlalu berlebihan, baru dua bulan nikah kok udah nangis-nangis karena belum hamil. Aku sempat berpikiran untuk konsultasi ke dokter kandungan. Eh suamiku malah ngetawain dengan santainya.

_______________

Mungkin karena aku terlalu sombong menganggap hamil itu gampang. Aku terlalu yakin bisa hamil dengan cepat. Padahal semuanya tetap Allah yang menentukan. 

_______________


Oke aku akan memulai dengan harapan baru. Mudah-mudah dibulan ketiga ini aku bisa merasakan tanda-tanda kehamilan. Kali ini aku sudah telat dua hari. Deg-degan nya luar biasa. Diantara terlalu berharap dan takut kecewa lagi seperti bulan lalu. Aku memutuskan untuk membeli test pack. Suamiku sempat melarang karena terlalu cepat untuk melakukan tes sekarang, nanti aja kalo udah telat 2 minggu. Tapi ya mau gimana, aku kan udah nggak sabar buat liat garis dua dan dinyatakan positif hamil. Besoknya aku sengaja bangun jam 4 subuh hanya untuk test pack. Sesuai petunjuk yang menyarankan untuk melakukan tes pada pagi hari dan tata cara yang tidak terlalu sulit, aku mencelupkan alat tes ke dalam urin. Setelah menunggu 1 menit, hanya satu garis yang muncul. Aku masih menunggu hingga 30 menit, tapi hasilnya tidak berubah. Aku kembali terpukul, kecewa, marah. Kenapa aku belum hamil juga? Kenapa orang-orang hamilnya gampang? Kok aku susah? Selang beberapa jam, aku kembali haid. 

Masuk bulan keempat pernikahan kami, pertanyaan sudah hamil atau belum berdatangan dari mertua dan orang tuaku. Aku makin merasa tertekan. Tapi berkat suami yang selalu memberikan perkataan yang menenangkan, aku sedikit bisa memasrahkan diri kepada Yang Maha Pemberi Rezeki.


Aku mulai mencari informasi mengenai kehamilan. Mulai dari membaca forum dan artikel, membaca majalah dan tabloid, bahkan tanpa malu aku bertanya kepada teman-teman. Akupun sudah mencoba berbagai cara, mulai dari menghitung masa subur, minum vitamin ini itu, minum susu khusus untuk yang lagi program hamil, mencoba posisi dalam berhubungan yang bisa membantu proses pembuahan, dan mengontrol pola makan. Aku juga menyimpulkan salah satu penyebab aku sulit untuk hamil adalah jauhnya jarak tempuh dari rumah ke kantor. Apalagi aku dan suami mengendarai motor. Kadang dijalan sampai 1,5 jam, bahkan bisa hingga 2 jam. Belum lagi macetnya Jakarta yang bikin stress. Mau beli mobil belum sanggup, apalagi beli rumah yang dekat dengan kantor. Kucoba untuk menggunakan bantal sebagai alas duduk biar guncangan motor tidak terlalu kerasa. Kuminta juga suami memilih jalan yang tidak banyak goncangannya. Berharap ini akan membantu melindungi rahimku jika pembuahan terjadi. Aku sudah sepakat dengan suami jika bulan ini belum hamil juga, maka kami akan berkonsultasi ke dokter kandungan.

Tanpa diduga, undangan untuk mengikuti Program Bela Negara yang diharuskan bagi seluruh PNS di kantor kurasa merusak seluruh usahaku.

Hampir sebulan ini aku sudah berusaha semaksimal mungkin agar bisa hamil. Tapi kok ada aja yang membuat usahaku sia-sia. Bela Negara itu kan latihan fisik, sama tentara lagi, pasti capek banget. Belum lagi cuaca disana yang dingin, bisa jadi aku bakalan sakit. Kali ini aku sudah benar-benar pasrah. Mau marah juga percuma. Mungkin ini belum saatnya aku dan suami memiliki anak. Aku hanya membatin bahwa Allah pasti punya rencana yang lebih baik.

Aku mengikuti Bela Negara selama 10 hari. Penuh dengan latihan fisik, begadang, menahan dingin, pokoknya nggak enak banget deh. Selama 10 hari juga aku rajin minum vitamin c biar nggak sakit. Alhamdulillah aku benar-benar sehat dan kembali pulang dalam keadaan sehat walaupun lelahnya bikin tubuh lemes dan ngantuk. Rasanya pengen tidur berhari-hari. Tapi sampai dirumah mana bisa istirahat, masak iya suami dianggurin aja setelah ditinggal 10 hari? Haha. Selain itu ada kabar bahagia juga yang aku dengar dari suami. Kami sudah mendapatkan kunci rumah di Rusunawa yang disediakan kantor. Lokasinya tidak terlalu jauh dari kantor, kira-kira setengah jam perjalanan. Aku sangat bersyukur saat itu, berharap ini membantu agar aku bisa segera hamil.
Hari ini adalah jadwal menstruasiku. Aku sudah nggak mau lagi terlau berharap. Malahan aku sampai berpikir kalau bulan ini aku nggak bakalan hamil. Soalnya kan fisik aku kacau banget, terlalu kecapekan. Aku nggak mau lagi memikirkan kehamilan. 

Tapi kok sudah 5 hari aku belum haid juga? Harapan itu muncul lagi, perasaan deg-degan, takut, cemas, kembali aku rasakan. Mau beli test pack juga takut. Tapi karena nggak kuat menahan rasa penasaran, akhirnya aku beli juga. Kali ini aku beli yang agak mahalan dikit, mana tau lebih sensitif dalam merespon kadar HCG dalam urin. Esok pagi aku kembali bangun subuh buat tes. Lagi-lagi aku kembali kecewa. Hanya satu garis yang muncul. Karena udah pernah mengalami ini, aku sedikit agak kebal. Aku nggak nangis-nangis lagi seperti bulan lalu.

Tapi saat aku akan membuang alat tes ke tempat sampah (sudah 30 menit setelah dicelupkan ke urin), aku melihat garis kedua yang samar. Karena pada petunjuk pemakaian dijelaskan bahwa setelah 15 menit keakuratan alat tes akan hilang, aku tidak mempedulikan garis samar itu.

Dua hari kemudian, aku juga belum haid. Harapanku makin besar. Sepulang dari kantor aku langsung beli test pack lagi, bahkan langsung lima biar tiap hari aku bisa ngetes. Kali ini yang murah aja biar hemat.

Setiap pagi aku tes, bahkan kadang sampai dua kali dalam sehari. Harapanku semakin menggebu-gebu karena selalu ada garis kedua yang samar. Kalo aku baca-baca di internet sih katanya itu sudah hamil, hanya hormonnya aja belum banyak jadi belum terlau terdeteksi sama alat tesnya. Tapi aku masih belum yakin karena sudah terlalu sering kecewa.

Aku menunggu sampai telat dua minggu, tapi tetap test pack tiap hari (tak terhitung lagi berapa alat test pack yang aku beli). Semakin hari garis kedua semakin jelas. Tapi aku masih tetap belum percaya sampai dokter yang menyatakan aku positif hamil setelah di USG. Aku desak sang suami agar mau menemaniku ke dokter kandungan. Setelah menunggu satu minggu yang terasa lama banget, akhirnya kami bertemu dokter juga.

Saat di USG Alhamdulillah sudah ada kantong janin yang terlihat. Aku dinyatakan hamil 5 minggu dan disuruh kembali lagi 2 minggu kemudian karena janin belum terlihat. Kan takut juga ya kalo janinnya nggak ada.

Dua minggu itu galaunya ampun-ampunan. Takut aku hamil anggur lah, hamil kosong lah, janin nggak berkembang lah, pokoknya aneh-aneh deh. Saran aja ya moms, kebanyakan googling itu malah bikin panik. Tapi Alhamdulillah galauku terobati dengan hasil USG yang memperlihatkan bahwa janin di dalam perutku sudah terlihat. Aku benar-benar telah hamil. Rasanya Allah memberi keajaiban. Nggak henti-hentinya aku bersyukur. Aku diberi buku konsultasi kandungan pertamaku. Pokoknya senangnya tak terhingga lah.

Jadi ya moms, hamil itu benar-benar kuasa Tuhan. Yang penting selalu berusaha dan jangan sombong kayak aku ya. Selebihnya serahkan saja sama yang diatas. Yakinlah keajaban itu pasti ada :)

Semangat buat Mommies yang lagi promil !!!


Review Dr. Dewi Rumiris, SpOG

4 comments

Aku merupakan salah satu pasien Dr. Dewi Rumiris, SpOG (panggilan : Dokter Riris) yang paling setia. Gimana nggak, aku mulai kontrol dengan beliau dari cek kehamilan pertama sampai buka perban operasi caesar. Sebenarnya aku memilih setia (ceileeh bahasanya..haha) karena malas mencari dokter yang cocok, jadi ya dicocok-cocokin aja. Tapi bukan berarti Dokter Riris ini nggak bagus ya, malah aku lumayan puas dengan beliau.

Baca juga : Susu Hamil

Berhubung sang suami tercinta pengennya sama dokter yang cewek, saat pertama kali periksa kehamilan aku dan suami memilih RSIA yang terdekat dari rumah, terlihat ramai dan yang penting ada dokter ceweknya (setelah cari info dari internet) yaitu RSIA Muhammadiyah Taman Puring. Sebelumnya aku sudah menghubungi rumah sakit untuk menanyakan jadwal praktek Dokter Riris. Kami memilih hari sabtu karena aku dan suami sama-sama pekerja. Jadwal prakteknya di hari Sabtu adalah jam 15.00 WIB – 19.00 WIB. Tapi tergantung banyaknya pasien juga, kalau banyak jam prakteknya bisa melebihi dari jam 7 malam. Sebaiknya datang satu jam sebelum jadwal praktek karena pengambilan nomor antrian dibuka jam 14.00 WIB. Telat sedikit aja nomor antriannya udah sampe puluhan.

Setelah dipanggil, untuk pertama kalinya aku ketemu Dokter Riris. Kesannya sih beliau keibuan dan lembut. Saat di USG, terlihatlah kantung janin yang sudah terbentuk dan dinyatakan kalau kehamilanku berusia 5 minggu. Kemudian resep ditulis dan tidak terlalu banyak percakapan yang terjadi. Kami disuruh kontrol kembali 2 minggu lagi untuk memastikan perkembangan janin karena saat ini hanya terlihat kantungnya saja.

_____________

Jadi jika memutuskan untuk memilih Dokter Riris, siapkanlah banyak pertanyaan sebelum kontrol. Aku nggak tau apakah dokter kandungan lain juga sama, tapi ya sebagai wanita yang baru pertama kali mengalami masa kehamilan pasti sangat mengharapkan dokter yang komunikatif.

_____________

Dua minggu kemudian aku kembali kontrol dengan Dokter Riris. Kali ini aku sudah mempersiapkan beberapa pertanyaan, malah sampai dicatat biar nggak lupa. Alhamdulillah janin sudah terlihat seperti kacang dan berukuran sangat kecil. Pertanyaanpun saya ajukan. Semua pertanyaan dijawab tapi tidak terlalu banyak keterangan. Berarti kesimpulanku nggak salah kalau beliau memang tidak terlalu banyak bicara.

Sempat ingin mencari-cari dokter lain yang lebih komunikatif, tapi kok males banget ya. Alhasil sampai lahiran masih tetap dengan dokter yang sama. Makin lama kontrol, rasanya makin nyaman aja sama Dokter Riris. Mungkin karena udah semakin kenal kali ya. Obat dan vitamin yang dikasih juga cukup bagus kok, terbukti dengan lahirnya anakku dalam kondisi sehat.

Dokter Riris pro normal atau nggak? Kalau yang ini aku nggak bisa menyimpulkan. Soalnya saat lahiran aku sempat diusahakan lahiran normal, tapi akhirnya caesar juga. Cuma sebagai pertimbangan aja, aku dianjurkan untuk senam hamil oleh Dokter Riris saat kehamilanku memasuki usia 7 bulan agar ketika persalinan nanti lebih gampang, dan selalu diingatkan setiap kali kontrol. Silahkan mommies simpulkan sendiri ya beliau pro normal atau enggak.


Selama aku diinduksi 2 hari, Dokter Riris hanya mengunjungi satu kali dalam sehari. Tapi selalu mengontrol melalui telepon. Hanya saja saat dihubungi suster pada malam hari, responnya lama (mungkin lagi tidur kali ya). Tapi kalo urgent gimana? Ya berpikir positif aja deh, mungkin pihak rumah sakit sudah mempersiapkan dokter cadangan. Haha.

Saat operasi beliau sempat menenangkan karena aku ribut banget ngomong hal-hal yang nggak penting saking takutnya. Hasil jahitan beliaupun juga bagus, buktinya aku nggak mengalami masalah apa-apa dengan luka setelah operasi. Aku juga tidak terlalu merasakan sakit berkat obat yang beliau resepkan. Secara pribadi sih aku sangat puas dengan Dokter Riris.

Sebagai informasi Dokter Riris prakter di RS Muhammadiyah Taman Puring dengan jadwal sebagai berikut.
Senin 16.00-20.00
Selasa jam 15.00-18.00
Rabu jam 10.00-12.00
Kamis jam 13.00-18.00
Sabtu jam 15.00-19.00


Mungkin ini bisa menjadi bahan pertimbangan bagi mommies yang berencana untuk kontrol dengan Dokter Riris.

***

Update

Sekarang aku sudah memiliki anak kedua. Alhamdulillah sudah merasa sangat nyaman dengan Dokter Riris. Semuanya lancar jaya. Meskipun awalnya diprediksi bisa melahirkan secara normal oleh beliau, setelah dilakukan pemeriksaan beberapa waktu sebelum lahiran, tapi kali ini aku sendiri yang menginginkan melahirkan secara sesar.

Terima kasih banyak Dokter Riris.

Semoga bermanfaat.

USG 4D, Perlukah?

No comments
Source : freepik.com
Kebanyakan ibu hamil dengan kondisi normal yang melakukan USG 4D pasti beralasan karena ingin melihat wajah sang bayi mirip ayah atau bundanya, organ tubuhnya lengkap atau enggak, dan berbagai alasan lain yang menyangkut dengan kesempurnaan fisik janin.

Akulah salah satu diantara ibu hamil itu. Rasanya penasaran banget lihat kondisi si dedek di perut senyata mungkin, nggak hanya dengan warna hitam putih seperti pada USG 2D.

Berhenti Kerja Demi Anak

4 comments
Source : freepik.com
Hai moms, adakah yang lagi merasakan hal yang sama? Yang lagi galau milih ngerawat anak sendiri atau tetap bekerja? Inilah yang kurasakan beberapa minggu yang lalu. 

Batin seorang ibu nggak bakalan bisa bohong, pasti ingin selalu dekat dengan anaknya dan bisa melihat setiap tumbuh kembangnya. Sebelum aku melahirkan anak pertamaku Byan, tak pernah sedetikpun aku berpikir untuk berhenti kerja. Mengingat betapa kerasnya perjuanganku agar bisa lulus seleksi CPNS di salah satu instansi pemerintah yang tergolong oke dan sampai akhirnya aku diangkat menjadi PNS di kantor pusat Jakarta. Aku sudah mempunyai pegangan hidup sampai aku tua nanti. Tak terkira kebahagiaan orang tuaku saat itu karena aku bisa menjadi anak yang membanggakan mereka. Yang pasti saat anakku lahir nanti, setelah 3 bulan dan masa cuti berakhir, Byan ditinggal di rumah bersama pengasuh. Simple. Begitulah yang kebanyakan ibu pekerja lakukan dan aku menganggapnya wajar. Apalagi aku PNS yang kerjanya lebih santai dari pada karyawan swasta. Masih bisa pulang lah kalau ada masalah yang mendesak.

Tapi semua itu berubah setelah Byan hadir. Aku mulai berubah pikiran.

Kok rasanya nggak tega ya ninggalin anak sama pengasuh? Nanti kalo pengasuhnya nggak sabar terus Byan diapa-apain gimana? Apalagi banyak berita pengasuh yang menganiaya anak bahkan ada yang sampai meninggal. Atau dititipkan di daycare aja? Kan pengasuhnya lebih berpengalaman? Tapi kok masih nggak yakin ya takut Byan diapa-apain juga, kan aku nggak ada disana buat ngawasin. Cari daycare yang ada cctv onlinenya aja biar bisa mantau dari kantor? Tapi kok ya batinku masih tetap nggak terima ya? Kok aku ibunya malah milih buat ngurusin berkas-berkas dikantor? Apalagi dengan beban kerja yang nggak begitu berat. Disaat aku santai begitu apakah Byan juga lagi ketawa? kalau dia lagi ketawa, malah ketawanya sama orang lain bukan sama aku. Atau malah lagi nangis? Aku malah nggak ada disana buat memeluknya. Aku merasa jadi orang yang egois. Byan lebih butuh aku sebagai ibunya, bukan orang lain.


Saya sebagai anak yang memiliki orang tua pekerja pernah merasakan bagaimana rasanya hidup bersama pengasuh. Nggak semua pengasuh itu baik. Jadi ya untung-untungan dapat pengasuh yang bener apa nggak. Jujur aku sangat membutuhkan kehadiran orang tua disisiku. Aku tau mereka bekerja demi mencukupi kebutuhanku nanti. Tapi tetap juga aku merasa iri dengan teman-teman yang selalu bisa bersama ibunya. Sepulang sekolah ada yang menyambut dirumah, bukan seperti aku yang harus membawa kunci rumah sendiri setiap hari. Melakukan apa-apa sendiri.

Ya nggak semua anak juga sih merasakan hal yang sama. Ada juga yang lebih bangga memiliki ibu pekerja dan nggak masalah ditinggal dirumah bersama pengasuh atau bahkan ditinggal sendiri. Mereka bisa lebih mandiri.

Pengalaman ini malah membuat kebingunganku bertambah.

Berminggu-minggu aku selalu dibayang-bayangi oleh pemikiran-pemikiran itu. Suamiku selalu menenangkan bahwa semua ibu pekerja awalnya pasti merasakan hal seperti itu. Pasti nggak mau pisah sama anaknya setelah 3 bulan bersama. Lama-lama juga udah santai kok. Okelah kalo keadaan yang memaksa untuk bekerja, tapi aku kan masih punya pilihan karena suami masih kerja dan rasanya masih bisa mencukupi kebutuhan keluarga. Terus nanti kalo aku berhenti kerja dirumah mau ngapain? Sekarang okelah masih sibuk ngurusin Byan, nanti kalo dia udah sekolah aku pasti bosan dirumah nggak ngapa-ngapain dan malah jadi stress. Stres itu kita yang nyiptain sendiri kok, kalo kita bisa menata hidup dengan baik nggak bakalan stress. Tergantung masing-masing orangnya.

Mungkin karena aku nggak sekuat ibu-ibu pekerja lainnya, aku malah semakin ketakutan berpisah dengan Byan. Di setiap waktu sholat aku selalu meminta petunjuk dan diberi ketenangan. Tapi tetap juga tak merubah apapun.


Seminggu sebelum waktu cuti berakhir, aku dan suami mengunjungi daycare didekat rumah. Sebelumnya kami sudah mencoba dua orang pengasuh, tapi ya kelakuannya aneh-aneh. Makin nggak percaya dong ninggalin Byan sama pengasuh berdua aja dirumah. Sedangkan ada aku dirumah aja mereka berani macem-macem, apalagi aku kerja nanti?. Kembali ke daycare, rencananya kami akan menitipkan Byan di sana dan kami yakin ini pilihan yang tepat karena dua anak tetangga kami dititipkan di daycare ini. Dan kami lihat pertumbuhan mereka baik dan sehat. Disepakatilah untuk trial satu hari agar lebih meyakinkanku menitipkan Byan disana. Namanya daycare pasti ngasih cerita yang bagus-bagus tentang kinerja mereka. Nggak mungkin kan mereka cerita saat anak-anak yang mereka asuh sering nangis dan rewel saat berada disana (saking nggak yakinnya malah berpikiran yang jelek-jelek, padahal belum tentu juga kayak gitu, banyak juga kok daycare yang bagus).

Pagi itu sangat berat rasanya aku mulai menitipkan Byan di daycare. Aku selalu mencoba menenangkan diri bahwa semuanya akan baik-baik saja. Semua perlengkapan Byan sudah masuk ke dalam tas. Aku pun sudah siap berangkat. Tapi tiba-tiba saja suamiku bilang mau ngobrol serius sebentar, aneh banget. Nggak nyangka aku mendengar sebuah pernyataan suami yang mungkin tak akan pernah aku lupakan seumur hidup. Suamiku bilang “Kok rasanya tega banget ya nitipin Byan ke orang lain? Padahal kita mampu buat mengasuhnya sendiri”. Aku langsung nangis-nangis bilang terima kasih, terima kasih buat Allah karena sudah menjawab doa-doaku, terima kasih buat suamiku yang akhirnya mengerti apa yang aku rasakan. Mulai detik itu juga tanpa ragu aku memutuskan untuk resign dan suami mendukung sepenuhnya.

Ini hanya menceritakan apa yang aku alami. Tidak ada maksud lain. Memilih bekerja atau tidak, itu hak masing-masing ibu dan tidak ada pilihan yang salah. Setiap ibu pasti akan melakukan apapun yang terbaik untuk anaknya.

Aku sadar pasti akan banyak yang tidak setuju dengan pilihan kami. Pasti akan ada perjuangan yang berat setelah ini. Tapi inilah pilihan. Mau memilih bekerja sambil mengasuh, atau mengasuh sambil bekerja? Dan aku memilih yang kedua. Banyak rencana yang akan aku dan suami jalankan setelah ini. Aku akan mencari sumber rezeki lain tanpa harus meninggalkan Byan. Selagi niatnya baik, InsyaAllah hasilnya akan baik. Rezeki masing-masing anak sudah dijamin sama Allah kok. Yakin, Berusaha dan Berdoa. Doakan ya moms.

Semoga bermanfaat.

Susu Hamil

No comments
Source : freepik.com

Semua ibu hamil pasti ingin memberikan yang terbaik untuk perkembangan janin yang dikandungnya. Begitupun aku saat hamil anak pertamaku, Byan. Setelah melihat dua garis merah dengan jelas dari hasil test pack, aku baru yakin kalau aku hamil. Sebelumnya setiap aku test pack aku hanya melihat garis kedua yang samar-samar. Mungkin kadar HCGnya masih sedikit. Karena aku sering kecewa di bulan-bulan sebelumnya, jadi harus pasti dulu hasilnya. Saking berharapnya kepengen punya dedek. Haha.

Membawa Bayi Travelling, Siapa Takut?

No comments
Source : freepik.com
Kekhawatiran membawa bayi untuk perjalanan yang jauh memang banyak dirasakan oleh para ibu. Apalagi usia bayi masih dibawah 3 bulan. Takut bayinya rewel, sakit, muntah, susah buat ganti popoknya, susah nyusuinnya, dan banyak lagi yang lain. Awalnya aku juga merasakan hal yang sama. Tapi setelah aku memberanikan diri untuk mencoba (sebenernya karena terpaksa sih), ternyata semua kekhawatiran itu tidak terjadi. Malah aku ketagihan membawa anakku Byan untuk jalan-jalan lagi.

Pejalanan pertamaku mungkin belum terlalu jauh, yaitu dari Jakarta ke Bandung. Aku memaksakan diri karena harus ikut ujian penyetaraan ijazah selama 2 hari 2 malam (berangkat minggu sore, pulang selasa sore). Saat itu usia Byan baru 1,5 bulan. Memang ribetnya minta ampun. Baju selemari aku bawa, pampers seplastik gede masuk mobil, perlengkapan mandi, asip segambreng, pokoknya banyak banget deh. Sampe mobil penuh sama barang-barang Byan, sedangkan aku cuma bawa baju seadanya. Saking seadanya banyak banget yang ketinggalan..haha.

Sore itu mulailah perjalanan kami. Untungnya ada mbak yg nolongin dalam perjalanan ini. Hujan diluar deres banget. Otomatis dingin dong ya. Untung aku bawa selimut bayi. Ini penting ya moms, jadi jangan sampai lupa bawa selimut saat bepergian jauh sama baby. Byan aku gendong agar dia merasa nyaman dan hangat, tapi kok lama-lama capek juga ya..haha..jadi gantian deh sama si mbak.

Selama perjalanan Byan anteng aja tuh, nggak rewel, nggak nangis, paling mimik cuma sekali. Waktu itu aku masih belum pede buat mimikin Byan dimobil, aku bawa dot dan asip biar gampang ngasihnya. Padahal itu lebih ribet dari pada mimikin langsung. Jadi jangan pakai cara ini ya moms. Secara kan harus bawa asip, cooler bag, termos nyimpan air panas buat angetin asi, buat cuci dotnya dan bla bla bla. Apalagi ini cuma ke Bandung yang 3 jam udah nyampe kalo jalanan lancar.

Selama perjalanan pun aku nggak perlu ganti diapers Byan karena sebelum berangkat udah diganti. Makanya sebisa mungkin gantilah diapers sebelum bepergian dengan si kecil karena nanti belum tentu saat di luar kita bisa leluasa menggantinya sesuai jadwal. Akhirnya sampai juga lah kami di Bandung dengan selamat dan yang paling penting Byan anteng.

Baca juga : Ruam Popok pada Bayi

Saat nginap di hotel yang jadi syarat itu ada tiga yaitu yang pertama harus ada kulkas buat nyimpan asip, harus ada air panas dan harus ada bath tub. Tapi hotel di tempat aku nginap nggak ada bath tub nya. Muncullah permasalahan baru, cara mandiin Byan gimana? Berbekal dari searching diinternet, aku mandiin Byan di wastafel hotel. Emang miris sih keliatannya, tapi mau gimana lagi. Kalo hotel yang ada bathtub mah bisa mandiin kayak biasa karena air bisa ditampung. Mandiin bayi di wastafel ini harus ekstra hati-hati karena permukaannya yang keras. Untung aja badan Byan masih muat di wastafelnya walaupun sempit. Karena cuma 2 hari nggak apa-apa deh kalo Byan mandi seadanya, nggak tau bersih apa nggak. Walaupun begitu kebersihan wastafelnya tetap harus diperhatikan ya moms. Kan kita nggak tau tuh pengguna kamar sebelumnya make wastafel buat apa aja dan nggak tau juga pihak hotel ngebersihinnya gimana. Jadi aku rendem dulu wastafel sama air paling panas yang bisa dikeluarin sama kerannya. Semenit, airnya buang dan aku ulang sampai 5x.

Perjalanan pulang juga sama kejadiannya, hanya waktunya aja yang berbeda karena kami pulang saat masih terang. Berhubung bayi umur 1,5 bulan masih banyak tidur nggak memandang siang atau malam, lebih enak aja kalo bepergian saat masih ada cahaya. Mau ngapa-ngapain keliatan, nggak harus meraba-raba.

***

Lanjut ke perjalanan selanjutnya. Perjalanan kedua ini jaraknya jauh lebih panjang dari yang sebelumnya, yaitu Jakarta – Ungaran (Jawa Tengah) selama 4 hari. Ceritanya Byan mau akikahan di kampung ayahnya. Awalnya kami bingung milih kereta atau bawa mobil sendiri (naik pesawat belum bisa karena saat itu usia Byan baru 2,5 bulan). Kalo naik kereta kan ribet, nggak bisa bawa ini itu, harus ke stasiun dulu, nanti Byan tidur gimana, ganti diapers gimana, mimiknya gimana, belum lagi dikereta banyak orang yang otomatis kuman penyakit banyak beterbangan, sehingga emaknya Byan dengan mantap memilih pake mobil aja. Tapi kalo naik mobil malah si ayah yang ragu karena takut kecapekan dijalan. Tapi akhirnya luluh juga dan mau nyetir demi kebahagian bundanya Byan.


Pada perjalanan kali ini aku udah mulai bisa mengira-ngira apa saja yang perlu dibawa. Kira-kira ini ceklistnya:

🌸 Baju untuk 4 hari, normalnya ganti baju 2x sehari jadi 8 stel. Aku tambahin aja 6 stel lagi buat jaga-jaga. Jadi total 12 stel termasuk singlet.
🌸 Kaus kaki, topi, sarung tangan dan atribut lain yang dianggap penting. Jumlahnya sesuaikan aja. Tapi tetap harus ada cadangan lebih ya.
🌸 Diapers diperkirakan saja sesuai kebutuhan. Lebihin juga ya.
🌸 Perlengkapan mandi : sabun, shampoo, handuk, minyak telon, diapers rash cream, parfum bayi, minyak-minyakan lain yang biasa dipakai baby. Kalo Byan make minyak kelapa (baca cara mengatasi kulit lecet dan kemerahan pada lipatan tubuh bayi).
🌸 Selimut, gendongan, bedong (buat alas ganti popok atau jadi selimut juga bisa).
🌸 Breastpump, botol atau kantong asi, cooler bag, ice gel, dot, sabun pencuci botol + sponnya.
🌸 Tisu basah, tisu kering, kapas basah untuk ngelap kalo ganti diapers.
🌸 Cotton buds dan kassa steril buat bersihin telinga, hidung dan lidah.
🌸 Gunting kuku.
🌸 Thermometer.
🌸 Obat demam.



Sebelum berangkat aku juga ada permintaan sama si ayah, yaitu beli matras buat mobil yang bentuknya kira-kira seperti ini.


Biar Byan bisa tidur nyeyank dengan posisi datar, ganti diapersnya gampang dan yang paling penting bundanya bisa tiduran juga, haha. Seperti inilah kira-kira kenyamanan Byan dan bundanya.


Kami berangkat jam 5 pagi. Malamnya semua perlengkapan sudah disiapkan, Byan juga aku mandiin jam setengah 5 subuh. Awalnya aku ragu mandiin Byan sepagi ini karena takut dia kedingingan, tapi selama airnya hangat aman-aman aja kok. Byan tetap happy saat mandi. Karena kepagian, habis mandi dia tidur lagi. Dengan tidurnya Byan, proses angkut-angkut barang ke mobil jadi gampang.


Perjalanan pun dimulai. Byan masih tidur sekitar satu jam dan terbangun karena lapar. Setelah mimik, dia tidur lagi. Ganti diapers juga nggak bikin dia rewel. Sebisa mungkin gantilah diapers sebelum bayi mimik. Karena biasanya bayi akan merasa ngatuk setelah meminum asi. Bayi pasti merasa terganggu jika mengganti diapersnya saat dia baru tertidur.Nggak mau kan si dedek jadi rewel karena hal sepele kayak gini. Alhamdulillah Byan anteng sampai kami tiba di Ungaran. Dalam perjalanan kembali ke Jakarta pun aku masih menggunakan metode yang sama. Karena berangkat dari Ungaran sudah agak siang, jadi kita masih diperjalanan saat malam hari. Entah kenapa saat gelap Byan jadi agak rewel. Mungkin dia nggak suka gelap-gelapan kali ya. Tapi kan nggak semua bayi juga yang nggak nyaman dalam keadaan gelap. Malah ada juga bayi yang tidurnya lebih lelap dalam cahaya yang minim. Kalau untuk mengatur waktu keberangkatan, bisa dicoba-coba dulu ya moms. Sekali coba berangkat siang, besoknya berangkat malam. Tapi kalau aku pribadi lebih suka berangkat siang karena terang dan kalau mau ngapa-ngapain gampang. Kalau malam kan harus nyalain lampu mobil dulu. Nggak mungkin bisa ganti diapers gelap-gelap gitu kan?

Begitulah pengalamanku membawa Byan dalam perjalanan jauh yang kali ini melalui jalur darat menggunakan mobil.

Semoga bermanfaat ya moms.

Cara Mengatasi Kulit Lecet dan Memerah pada Lipatan Tubuh Bayi

No comments
Source : freepik.com

Hai moms, pernah nggak kulit sikecil lecet atau memerah pada lipatan leher, paha atau lengan? Apalagi kalo si dedek berbadan gemuk, pasti lebih banyak lipatan. Anakku Byan pernah mengalami ini saat tubuhnya mulai berisi. Awalnya aku melihat kulit leher Byan yang lecet. Mungkin ini disebabkan oleh gesekan saat menggeleng-gelengkan kepala. Selain itu kulit bagian leher juga selalu tersembunyi sehingga sering lembab karena keringat.

Solusi yang paling sering diberikan oleh orang-orang disekitarku adalah dengan mengoleskan baby oil agar kulit menjadi licin atau memberikan bedak bayi agar keringat bisa terserap oleh bedak sehingga kulit selalu kering. Memang sih logika itu benar, tapi untuk menaburkan bedak di tubuh Byan aku nggak mau karena menurut dokter bedak bisa terhirup dan masuk ke paru-paru bayi. Aku ambil cara yang kedua yaitu megoleskan baby oil pada seluruh lipatan ditubuh Byan. Entah karena kulit Byan yang tidak cocok dengan baby oil atau memang ini bukan cara yang tepat untuk mengatasinya, lecetnya malah semakin parah

Aku memutuskan untuk menggunakan bahan alami saja supaya efeknya tidak terlalu besar. Bersumber dari pengalaman temanku yang alergi pada kulit anaknya hilang setelah dioleskan minyak kelapa, pilihanku jatuh pada penggunaan minyak ini.

Awalnya aku mau beli minyak kelapa yang banyak dijual dipasaran, tapi kok aku ragu kalau minyak itu nggak asli. Akhirnya aku minta tolong bikinin minyak kelapa murni sama mamaku di Padang dan minta dikirimin ke Jakarta. Kalau kayak gini kan sudah pasti terjamin keasliannya.


Setelah kiriman sudah sampai, aku coba oleskan ke lipatan tubuh Byan setiap selesai mandi. Olesnya tipis aja nggak usah banyak-banyak. Takutnya nanti kalau kebanyakan, kulitnya malah menjadi lembab. Dan hasilnya sangat mujarab! Dalam sekali pemakaian aja merahnya udah langsung hilang. Tapi kalo lecetnya bisa benar-benar sembuh setelah dua hari. Jadi sampai sekarang aku masih mengoleskan minyak kelapa setiap Byan selesai mandi. Nggap peduli deh Byannya jadi bau minyak kelapa, nggak bau minyak telon, nggak sama kayak bayi lain. Yang penting kulitnya bersih, mulus. Sebagai solusinya, aku harus beli parfum bayi biar aroma minyak kelapanya tersamarkan.

Semoga bermanfaat ya moms.

Dampak Setelah Operasi Caesar

No comments
Source : freepik.com

Kali ini aku ingin berbagi pengalaman apa yang aku rasakan setelah operasi caesar. Sebelumnya aku bisa bilang kalau sekarang operasi caesar itu tidak semenyakitkan yang dipikirin kok moms. Jadi yang rencananya mau operasi, tenang aja ya. Kemajuan ilmu kedokteran sekarang mah sudah berkembang pesat. Nggak bisa disamain dengan cerita ibu-ibu seumuran orang tua kita yang harus buka jahitan dan menahan rasa sakit yang luar biasa, atau lukanya infeksi, jahitannya kebuka, dan sebagainya.


Sesaat setelah operasi, yang kurasakan cuma rasa ngantuk. Badan nggak bisa digerakin. Wajar lah namanya juga dibius. Waktu itu aku dioperasi jam 7 malam. Setelah tidur pulas semalaman, aku terbangun keesokan harinya jam 6 pagi. Saat terbangun, aku sudah bisa menggerakkan kaki, tapi rasa kantuk masih terasa. Nggak tau itu karena pengaruh sisa-sisa obat bius atau memang akunya yang capek. Sakit bekas sayatan operasi pun nggak kerasa sama sekali. Mungkin karena obat anti nyeri yang masih dialirkan ketubuhku melalui selang infus, yang diminum dan yang dimasukin melalui (maaf) anus. Ya wajarlah dengan obat anti nyeri sebanyak itu aku nggak ngerasain sakit apa-apa. Aku juga disuruh menggunakan gurita korset agar perut tidak bergoyang-goyang (maklumlah masih banyak gelambir) dan jahitan pun semakin cepat merekatkan bekas sayatan. Aku masih menggunakan kateter sampai lebih dari 24 jam setelah operasi sampai diperbolehkan turun dari tempat tidur.

Setalah 24 jam terlewati, aku disuruh memiringkan badan ke kanan dan kiri.

Nah disini aku mulai merasakan nyeri pada luka bekas operasi. Tapi nggak sakit-sakit banget kok. Mungkin dipengaruhi sama pikiran-pikiran menakutkan seperti jahitan yang lepas atau pisau yang membelah perut, jadi nyerinya semakin kerasa. Setelah itu aku disuruh duduk. Nah ini makin sulit. Nyerinya makin kerasa. Ya tapi rasa sakitnya harus ditahan. Apalagi udah ada si dedek disamping kita, otomatis itu jadi semangat untuk segera bisa turun dari tempat tidur dan leluasa menggendongnya.

Beberapa jam kemudian kateterku dilepas dan disarankan untuk mulai berjalan. Sebisa mungkin pipis dan pup jangan ditahan karena itu menyebabkan perut membengkak dan berpengaruh sama luka jahitan. Alhamdulillah aku bisa pipis dan pup dengan lancar. Tapi ada juga teman-teman yang cerita kalau merasakan nyeri saat pipis atau pup. Ini disebabkan oleh perut yang awalnya menggembung, langsung kempes setelah isinya dikeluarkan. Tapi jangan khawatir, sakitnya masih manusiawi kok.

Lanjut lagi ke tahap berikutnya. Aku disuruh jalan. Kok rasanya tega banget ya tuh suster nyuruh aku jalan secepat ini??? Aku sebagai pasien gimanapun juga harus nurut dong. Akhirnya kupaksakan diri untuk turun dari tempat tidur. Duduk aja masih terasa nyeri, apalagi jalan??? Ternyata tanpa diduga saat melangkahkan kaki aku tidak merasakan sakit seperti yang kubayangkan. Nyerinya malah hampir tak terasa.

Sebenarnya yang menyebabkan nyeri adalah pergerakan kita yang membutuhkan tenaga otot seperti dari posisi berbaring ke posisi duduk, atau miring kiri kanan, dari posisi duduk ke posisi berdiri dan sebaliknya. Tapi jika kita dalam posisi yang sama dalam waktu lama, rasa nyeri tak akan terasa.

Setelah 3 hari aku diperbolehkan pulang, obat nyeri berupa kapsul minum dan obat yang dimasukkan melalui “bawah” diresepkan oleh dokter. Jujur ini sangat membantu untuk mengurangi rasa sakit. Perban yang menutupi luka jahitanpun anti air jadi nggak masalah kalo terkena air saat mandi. Seminggu kemudian jadwal untuk ganti perban. Prosesnya sangat cepat dan tidak terasa sakit. Resep obat-obatan sebelumnya tidak diberikan lagi, hanya diberikan obat oles luar pada luka jahitan. Minggu berikutnya aku dijadwalkan lagi untuk kontrol luka jahitan. Tapi karena capek, cuaca nggak mendukung, dan malas (yang ini jangan ditiru yaa..haha) tertundalah hingga 3 minggu kemudian. Agak takut juga sih lukanya jadi infeksi karena kelamaan. 


Alhamdulillah pas kontrol lukanya dibilang bagus sama dokternya dan perban dibuka. Untung lukanya nggak kenapa-napa ya..hee. Rahimku pun sudah mengecil. Kali ini aku tidak dikasih obat apa-apa dan tidak perlu kontrol lagi.

Jadi jangan takut berlebihan ya moms kalo diharuskan operasi caesar. Ilmu kedokteran udah canggih kok. Semoga bermanfaat.

Ruam Popok pada Bayi

No comments
Source : freepik.com

Awalnya aku beranggapan bahwa menggunakan popok kain itu tidak menimbulkan ruam popok pada bayi. Ternyata itu salah salah besar. Pakai popok kain ataupun diapers sama saja asalkan ibu mampu menjaga kelembaban kulit bayi karena hal inilah penyebab utama ruam popok. 

Review Merek Diapers

6 comments
Source : freepik.com

Hai mom, pernah ngalamin gonta-ganti popok si kecil nggak sampai menemukan yang benar-benar cocok? Kali ini aku mencoba memberikan review mengenai 3 jenis diapers yang pernah aku pakein ke anakku Byan. Ya walaupun sedikit mudah-mudahan bisa mengobati kegalauan ibu-ibu yang lagi nyari diapers lah. Tapi disini aku nggak bahas mengenai harga ya mom. 

Mamy Poko Extra Dry Perekat
Ini diapers pertama yang dipake Byan yang saat itu berumur 1 minggu. Selama digunakan memang kering sih, nggak bocor walaupun udah menggembung karena Bundanya telat ganti. Ada garis birunya juga lagi buat indikator seberapa banyak cairan yang sudah terserap. Tapi karena menggunakan perekat disisi kiri kanannya, pipis atau pup bisa merembes dari pinggir diapers jika pemasangan tidak pas. Karena bayi mungil harus make yang perekat, aku menyimpulkan kalau merek ini bagus.

Pampers
Karena ada diskon, si Ayah membeli diapers merek ini. Pertama kali megang, ini diapers lembut banget. Yang ukuran newborn pampers ini lebih kecil jika dibandingkan dengan ukuran new born nya mamy poko. Warnanya juga aku suka. Daya tampungnya pun sama kayak mamy poko, nggak bocor walaupun sudah menggembung/penuh. Garis indikatornya juga ada buat ngasih tau diapers udah penuh apa belum. Cuma kok aku ngerasa ini sedikit lebih lembab dari pada mamy poko. Apa karena terlalu lembut ya?? Selain itu kalo Byan pup dan aku nggak tau, pupnya kan keserap jadi kering tuh, kulitnya nempel sama diapers. Kan kalo ditarik ngeri juga, secara kulit bayi masih sensitif. Akhirnya aku menghentikan menggunakan merek ini. Padahal lagi murah karena diskon, hiks.


Mamy Poko Pants Standar (Kuning)
Jadi ceritanya waktu akikah Byan di Ungaran, diapersnya yang mamy poko biru abis. Udah nyari-nyari keliling Ungaran nggak ada yang jual. Terpaksa deh beli yang standar (kuning). Pas awal makein udah deg-degan nih takut nggak cocok. Tapi Alhamdulillah kulit Byan bisa menerima perubahan merek diapersnya. Cuma aku nggak sukanya diapers ini bocor kalo kepenuhan. Waktu itu kan aku pernah telat ganti karena lagi jalan-jalan dan nggak bawa stroller. Kebetulan saat itu Byan mimiknya lagi banyak. Alhasil celana dan baju Byan basah sampe kepunggung. Kan kasian banget. Aku langsung nyimpen sisa diapersnya dan nggak mau pake lagi kecuali dalam keadaan yang bener-bener urgent.

Mamy Poko Pants Extra Soft
Ini yang paling sesuai dengan seleraku (walaupun yang make Byan, haha). Karena Byan udah nendang-nendang, nggak bisa lagi pake yang perekat. Bisa bikin lecet kiri kanan pahanya. Merek ini kelembutannya nggak jauh beda dengan merek pampers (ya walaupun soal kelembutan masih menang pampers). Kalo yang pants, garis indikatornya udah nggak ada. Jadi ngecek penuhnya berdasarkan tingkat kegembungan aja. Nggak bocor, melekat sempurna di pantat Byan. Gambarnya juga lucu. Ada perekatnya buat ngegulung diapers saat mau dibuang, jadi lebih rapi saat masuk tempat sampah, hee. Pokoknya oke lah. Sampai sekarang aku masih menggunakan merek ini dan belum ada niat untuk ganti. 

Sweety Gold Pants
Sekarang Byan sudah menemukan pelabuhan hatinya yang baru, haha. Lebih tepatnya pelabuhan hati emaknya sih. Bagus dan pas dikantong. Bukannya perhitungan tapi kalau ada yang lebih murah dan cocok kenapa enggak. Awalnya nyoba-nyoba aja iseng ganti merek karena banyak banget yang make merek inj, eh ternyata cocok. Diawal sempet pernah bocor sih waktu tidur, tapi kayaknya karena aku masangnya nggak pas. Kesini-kesini malah nggak pernah bocor lagi. Agak lebih tipis dari Mamy Poko sih dan otomatis mungkin daya tampungnya nggak sama. Tapi karena setiap ganti diapers nggak pernah kepenuhan sampai melimpah ruah makanya fine aja. Diamond layer technology dari diaper ini menurut aku lumayan bagus juga karena tidak semua bagian diaper yang tersentuh kulit, hanya 50% saja. Otomatis bikin lebih adem juga kan. Yang penting Byan nggak ruam dan enjoy makenya. Bayi senang, bunda pun tenang.


Semoga bermanfaat :)


Baby Blues Syndrome

No comments
Source : freepik.com

Jika kebanyakan ibu yang baru melahirkan merasa bahagia, tidak denganku. Entah kenapa didalam kebahagiaan yang kurasakan, aku merasa terbebani dengan bayiku, Byan (aku merasa bersalah menulis ini sekarang, tapi ya itulah yang kurasakan). Saat pertama Byan diantar suster ke kamarku, aku sudah mulai merasakan perasaan yang tak enak. Mulai dari aku yang harus bangun setiap Byan menagis padahal bekas operasi masih terasa begitu nyeri, asi yang tidak keluar selama dua hari, dan banyak lagi hal lain yang saat itu kurasa begitu membebani. Aku merasa capek, tidak bisa tidur, kurang istirahat, tidak nafsu makan, perasaan tidak enak, tidak nyaman, duuh pokoknya campur aduk deh.

ASI Terlalu Deras (Hiperlaktasi)

No comments
Source : freepik.com


Jika pada tulisan yang lalu Pengalaman Pertama Menyusui Bayi, aku menceritakan sulitnya tubuhku memproduksi asi, sekarang setelah aku pulang ke rumah malah terjadi yang sebaliknya. Kira-kira seminggu aku diperbolehkan pulang dari rumah sakit, asiku melimpah ruah. Memang benar asi yang banyak merupakan anugerah yang tak terhingga dari Yang Maha Kuasa yang menjamin bayiku, Byan, tidak kekurangan asupan makanan. Berat badan Byan pun naik dengan cepat. Mungkin ini dikarenakan rajinnya aku mengkonsumsi vitamin pelancar asi dan minum susu khusus ibu menyusui. Awalnya aku merasakan tidak ada hal yang harus dikhawatirkan. Byan pun terlihat baik-baik saja. Bahkan dengan asi ku yang banyak, aku bisa menyediakan asi yang cukup saat Byan kuning.

Pengalaman Pertama Menyusui Bayi

2 comments
Source : freepik.com

Ternyata menyusui bayi itu tak segampang kedengarannya. Apalagi anak pertama. Itulah yang kualami saat pertama kali menyusui putra pertamaku, Byan. Ketika kudekap tubuh mungil Byan, tanpa menunggu lama langsung kucoba untuk menyusuinya. Alhamdulillah Byan sudah mulai bisa menghisap. Nggak kusangka ternyata hisapan bayi sakit banget. Bener-bener sakit. Mau dilepas nggak mungkin. Gimanapun sakitnya, aku harus tetap menahannya. Ternyata masalah yang kuhadapi bukan cuma itu saja, tapi saat itu asi ku belum keluar. Kering sama sekali. Aku panik bukan main karena Byan selalu menangis seperti kelaparan. Entah berapa kali aku memencet bel untuk memanggil suster untuk menanyakan apakah Byan baik-baik saja. Dan untuk kesekian kali juga suster menjelaskan bahwa bayi yang baru lahir memiliki cadangan makanan untuk bertahan hidup selama 72 jam. Yang harus kulakukan hanya terus menyusui Byan karena air liur bayi bisa merangsang produksi asi.

Bayiku Kuning

6 comments
Source : freepik.com

Seminggu setelah bayiku, Byan, lahir semuanya dirasa baik-baik saja. Dia terlihat sehat, asi lancar, pipis dan BAB pun normal. Hanya saja memang saat itu musim hujan jadi tidak bisa dijemur. Selain itu dia juga sering tidur dan terkadang jadwal mimiknya kelewat. Dia juga semakin jarang menangis. Tapi ya aku anggap itu masih wajar karena memang bayi baru lahir lebih sering tidur. Orang tua bilang kalo bayi tertidur pulas itu berarti dia kenyang, nanti kalo laper juga nangis sendiri.

Persiapan Kelahiran Anak Pertama

No comments
Source : freepik.com

Sebagai calon ibu baru pasti bingung mau beli perlengkapan apa aja buat si baby dan buat si ibu sendiri pas lahiran nanti. Selain itu kapan mau mulai ngambil cuti buat ibu pekerja. Kalo masalah cuti aku nggak bisa merekomendasikan kapan waktu yang tepat untuk memulainya, soalnya kondisi masing-masing ibu berbeda. Ada yang masih ingin kerja sampai deket-deket waktu lahiran biar nggak bingung dirumah sendiri dan nanti bisa lebih lama sama anak, ada juga yang ngambil dua minggu sebelum HPL biar ada waktu buat mempersiapkan fisik dan mental buat lahiran, atau ada juga yang kantornya mewajibkan ngambil cuti sebulan sebelum lahiran. Jadi kali ini aku lebih fokus membahas tentang perlengkapan apa saja yang akan dipersiapkan buat persiapan lahiran agar nggak mubazir.

Pengennya lahiran normal, eh ujung-ujungnya caesar juga. (Part 2)

No comments
Source : freepik.com


Jam tujuh malam nanti aku bakalan dioperasi. Rasanya udah campur aduk deh. Pengen si dedek cepet lahir, udah bosen di rumah sakit dan yang pasti takut banget dioperasi. Disuntik aja udah takut banget, apalagi ini mau dioperasi. Aku disuruh makan dulu, aku shalat dulu (tayamum dan ditempat tidur aja sambil duduk) dan minta dukungan suami. Suster minta aku make baju operasi dan mencukur (maaf) bulu kemaluan.

Sambil nunggu jam operasi, aku dibawa ke ruang pemulihan. Hawa dingin ruang operasi udah mulai kerasa. Perut udah mules saking takutnya. Ngobrol sama suster katanya operasi itu Cuma bentar kok, sejam juga udah selesai. Tapi tetap juga itu ga bisa bikin tenang.

Setelah nunggu sekitar satu jam, akhirnya aku masuk ke ruang operasi. Ternyata suami nggak boleh masuk. Aku makin panik. Nanti didalam aku megang tangan siapa??? Yang nemenin siapa? Yang nenangin siapa?. “Tenang aja, di dalam rame kok”, gitu kata susternya. Ya tapi kan tetap beda. Emang peran suami bisa tergantikan apa??? (ceileeeh). Ya udah aku pasrah.

Ruang operasi itu bener-benr dingin. Diatas ada lampu sorot terang banget. Semua dinding dan atap mengkilat kayak seng putih. Ternyata di dalam emang rame. Ada empat orang yang sudah menanti. Dokter anastesi mulai bekerja ditemani satu suster. Aku disuruh duduk sambil meluk bantal dan membungkuk untuk menyuntikkan obat bius. Jadi ya gambarannya itu kan tulang punggung kita ada ruas-ruasnya, nah obat biusnya itu disuntikkan ke antara ruas punggung itu. aku mulai merengek-rengek nggak jelas. Pokoknya selama penyuntikan aku gak boleh gerak, kalo nggak nanti bisa ngulang lagi karena obatnya ga masuk sesuai yang diharapkan. aku teriak-teriak ketakutan, beneran. Untung dokter sama susternya sabar banget. Akhirnya proses pembiusan selesai. Aku dibaringkan dan biar aku nggak bisa ngeliat proses operasi, dikasih kayak gorden kecil gitu di antara dada dan perut. Kakiku mulai kesemutan, terasa berat banget dan akhirnya gak bisa digerakin, cairan dingin diolesin keperutku dan itu warnanya kayak obat merah. Kenapa aku bisa tau??? Itu keliatan dari atap dan dinding yang kayak seng!!!. Aku makin tak terkendali. Aku teriak-teriak sambil bilang “Jangan dioperasi dulu dokteerr, masih kerasa kakinya, nanti sakiiiit”, duuuh kalo diinget-inget malu banget deh.


Saran 
Kalo kondisi ruangan operasi yang dindingnya dari seng yang bisa mantul-mantulin bayangan kita, mending pas operasi berlangsung jangan celingak-celinguk kemana-mana. Gak mau kan ngeliat perut dibelah ama pisau????


Dokter anastesi setia menemani disampingku, ngajak ngobrol terus, nyuruh istighfar. Nggak tau tuh kapan mulainya si dokter ngbelek perut. Beberapa menit kemudian aku mulai sesak nafas. Selang oksigen dipasangin lagi ke hidung. Tapi kebetulan pas operasi aku lagi flu, mungkin karena ruangan yang dingin banget hidung mampet dua-duanya. Ya gak bisa ngirup oksigen dari selang lah. Akhirnya pake yang kayak masker biar bisa nafas lewat mulut. Lama-lama aku mulai ngantuk, berasa ngefly gitu. Tapi masih tetap sadar.

Terdengarlah suara tangisan bayiku. Nggak bisa diungkapkan deh itu senengnya gimana. Aku langsung nangis dan mengajukan pertanyaan yang gak penting yaitu “Dokteeer, jarinya lima kan???”. Sambil ketawa dokternya jawab, “Alhamdulillah sehat bu”. Aku gak tau tuh anakku dibawa kemana dan diapain, sampai bayi mungilku ditengkurepin di dadaku. Ya Allah anakku..pengen banget rasanya aku memeluk tapi tanganku gak bisa digerakkan. Dengan samar-samar aku lihat mukanya, rambutnya yang tebal dan kulitnya yang putih..gantengnyaaa. Anakku diangkat kembali sama susternya. Aku udah nggak inget lagi sama proses operasi, yang aku bayangin cuma anakku.

Nggak kerasa operasinya selesai, aku nggak ngerasain apa-apa, aku ngantuk, yang bisa digerakin cuma kepala doang. Aku dibawa keruang pemulihan. Aku melihat lagi wajah suamiku tercinta. Aku mendengar ceritanya, anak kami di-azan-i dan di-iqamat-i, sempet juga difoto-foto dan diperlihatkannya kepadaku. Aku terharu lagi dan nangis lagi. Makasi ya Allah akhirnya anak kami lahir dengan selamat. Aku pun tertidur.

_____________

Muhammad Abyan Arkaputra. Bayi laki-lakiku yang lahir pada tanggal 19 September 2016 jam 19.40 WIB, panjang 45 cm dan berat 2550 gr. Bunda mencintaimu nak.

_____________


Pengennya lahiran normal, eh ujung-ujungnya caesar juga. (Part 1)

No comments
Source : freepik.com

Sabtu ini kayak biasanya aku sama suami kontrol ke dokter. Minggu ini usia kehamilanku udah 36 minggu. Setelah daftar, nunggu giliran, akhirnya ketemu juga sama dokternya. Langsung disuruh tiduran untuk USG ngecek keadaan si baby boy dalam perut. Ukur lingkar kepala, lingkar perut dan berat bayi. Dokternya bilang berat si baby masih kurang dari yang seharusnya, padahal tiap hari aku udah makan ini itu sampe perut begah. Mungkin tubuh emaknya lebih gesit nyerap makanan dari anaknya kali ya..hee. Padahal ya klo aku udah naik timbangan tuh rasanya gimana gituu..deg2an aja liat berat badan yang meroket tajam yang saat itu jarumnya ngarah ke angka 80. Tapi demi si dedek aku ikhlas berjalan setiap waktu dengan badan bulat kayak gini.