“New Normal” Tinggal Hitungan Hari, Camkan 4 Hal Ini Demi Tetap Kuat Hadapi Pandemi

8 comments
Source : freepik.com by peenat

Dibalik banyaknya narasi beredar tentang mewabahnya Covid-19, nyatanya pandemi ini benar-benar membuat banyak negara kewalahan, termasuk Indonesia. Tidak hanya berdampak pada kesehatan saja, kestabilan ekonomi yang semakin goyah juga turut memakan korban. Jumlah pasien positif meningkat, pengangguran korban PHK pun bertambah. Banyak usaha gulung tikar dan buruh harian tak lagi bertuan.

Bukannya mengenyampingkan masalah kesehatan,
tapi realita memburuknya keadaan ekonomi rakyat
tak mungkin diabaikan.

PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) sudah diberlakukan hampir 3 bulan lamanya. Kebijakan yang diharapkan mampu menekan jumlah pasien terinfeksi Corona, terasa sia-sia. Bukannya berkurang, kasus baru justru semakin bertambah. Kebijakan yang tumpang tindih dan berubah-ubah dimanfaatkan sebagai celah bagi warga "ngeyelan" untuk tetap bepergian. Padahal tanpa disadari, mereka bisa saja berstatus OTG (Orang Tanpa Gejala) yang menjadi carrier paling berbahaya. Belum lagi orang-orang luar biasa yang tak takut Corona, nongkrong berkerumun hingga puluhan orang masih tetap dilakukan. Saat diperingatkan petugas, bukannya bubar, malah marah-marah merasa tidak bersalah. Wajar rasanya jika pandemi ini semakin jauh dari kata "selesai".

Akhirnya pemerintah mengeluarkan kebijakan baru untuk hidup berdampingan dengan Corona yang dinamakan dengan "New Normal" atau tatanan normal baru. Awal bulan Juni nanti, seluruh kegiatan seperti sebelum adanya wabah sudah diizinkan aktif kembali. Toko, pasar, pusat perbelanjaan, perkantoran hingga nanti secara berangsur menghidupkan sektor pariwisata. Semuanya boleh dilakukan, asalkan tetap menjalankan protokol kesehatan, seperti rajin mencuci tangan, menggunakan masker, mengantongi hand sanitizer dan menjaga jarak.

***

Apakah "New Normal" sama dengan Herd Immunity?

Dilansir dari Kompas.com , Herd Immunity adalah kondisi ketika sebagian besar kelompok atau populasi manusia kebal terhadap suatu penyakit karena sudah pernah terpapar dan sembuh dari penyakit tersebut.  Untuk mencapai Herd Immunity, setidaknya 70 persen dari populasi harus terinfeksi terlebih dahulu. 
Sedangkan "New Normal" adalah perubahan perilaku untuk tetap menjalankan aktivitas normal namun ditambah menerapkan protokol kesehatan guna mencegah terjadinya penularan Covid-19 - Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmita.

Resiko besar dan banyaknya jumlah korban, membuat pemerintah Indonesia tidak mengambil solusi Herd immunity. Apalagi mengingat belum adanya vaksin Covid-19. Sebagai jalan tengah, diterapkanlah apa yang disebut dengan "New Normal", demi memulihkan keadaan ekonomi namun tetap mengedepankan pelaksanaan protokol kesehatan.

Kenyataan di lapangan bagaimana?

Menurutku, "New Normal" maupun Herd immunity adalah dua hal yang memiliki persamaan. Jika dilihat dari definisinya, Herd immunity memang terkesan mengerikan karena diprediksi akan memakan banyak korban selama vaksin belum ditemukan. Sedangkan "New Normal" tampak jauh lebih ramah karena masih adanya peraturan ketat mengenai penerapan protokol kesehatan. Padahal, kalau ditarik benang merahnya, dalam kedua hal tersebut tetap saja berakhir dengan "siapa yang kuat, dia yang bertahan".

Kuat dalam "New Normal" bukan berarti
orang yang kebal terhadap Covid-19,
namun orang-orang yang tetap melaksanakan protokol
kesehatan meskipun aktifitas telah dinormalkan kembali.
Mereka seolah memiliki tameng untuk tetap terlindungi.

Jika dibandingkan dengan Herd immunity, kebijakan "New Normal" dinilai dapat meminimalisir penyebaran virus di tengah masyarakat. Namun tetap saja akan ada kelompok yang akan tereliminasi dan beresiko besar tertular. Siapakah mereka?  Mereka adalah orang "ngeyelan" dan tidak peduli akan pentingnya protokol kesehatan. OTG atau ODP (Orang Dalam Pemantauan) yang merasa sehat, bisa jadi berbaur dengan mereka yang negatif atau berimun rendah. Tidak semua warga bisa diawasi sepanjang waktu oleh petugas untuk tetap melaksanakan protokol kesehatan. Jika masih banyak warga yang bandel, mungkin saja akan terjadi lonjakan pasien positif, sedangkan rumah sakit dan tenaga medis terbatas. So, seleksi alam akan tetap bekerja. Apapun yang akan terjadi nanti, entah itu "New Normal" atau Herd immunity sekalipun, terseleksi atau tidaknya seseorang, tergantung kepada masing-masing individunya. Semaksimal apa usaha pencegahan yang telah dilakukan.

Baca juga : Profesi yang Diambil Alih Ibu selama Pandemi Corona

***

Pertanyaannya, sudah siapkah kita menjadi kelompok kuat yang akan bertahan dimasa "New Normal"? Camkan 4 hal berikut.

Tidak lama lagi kita akan memasuki satu masa dimana terdapat banyak kebiasaan baru yang dianggap biasa. Segala sesuatu yang kita lakukan harus mengacu kepada protokol kesehatan yang tiada hentinya dikampanyekan demi keamanan diri. "New Normal" menjadi langkah yang diambil pemerintah untuk mengatasi permasalahan pandemi ini. Kesehatan dan ekonomi diibaratkan sebagai dua sisi mata uang yang sama-sama menduduki posisi penting dalam kehidupan. Tidak ada salah satu yang bisa dipilih. Yang ada hanyalah mencari cara agar kedua hal tersebut bisa diselamatkan.

"New Normal" masih menimbulkan banyak kekhawatiran. Bagaimana tidak, pusat keramaian akan segera dibuka kembali. Meskipun pemerintah selalu menekankan untuk tetap memperhatikan protokol kesehatan, tapi apakah semuanya akan mematuhi? Apakah semuanya akan terpantau petugas pengawas?

Satu-satunya cara terampuh adalah mempersiapkan diri dan keluarga agar tetap kuat selama pandemi. Karena sejatinya keselamatan diri tetaplah bergantung kepada seberapa maksimal usaha pencegahan yang dilakukan.

“New Normal” Bukan Berarti Keadaan Sudah Kembali Normal

Jangan pernah beranggapan bahwa saat dimana diberlakukannya kebijakan "New Normal" berarti bahwa semuanya sudah kembali pulih. "New Normal" bukan berarti normal, tetapi diterapkannya kebiasaan baru yang menjadi hal lumrah dikarenakan pandemi. Mall dan pusat keramaian mulai dibuka kembali. Meskipun nanti akan ada pengecekan pengunjung saat masuk, masih besar kemungkinan OTG akan lolos dan menyebarkan virus kepada pengunjung lain. Itu hanya satu contoh kecil penyebaran Covid-19 yang akan terjadi nanti, masih ada puluhan celah lain yang mengancam kita semua. Alangkah lebih bijak jika kita tetap mengutamakan keamanan dan memilih diam di rumah sampai pandemi benar-benar berakhir. 

Wajib Lakukan Protokol Kesehatan!

"New Normal" mengedepankan penerapan protokol kesehatan agar tetap aman dalam beraktifitas. Kita tidak akan bertahan jika tetap bandel dan menyepelekan poin yang satu ini. Dengan menjaga diri sendiri berarti kita telah menjaga keluarga, saudara, tetangga dan semua orang yang dijumpai.

Sekedar mengingatkan, inilah beberapa hal yang harus dilakukan sebagai penerapan protokol kesehatan sesuai rekomendasi ahli.

✔ Cuci tangan sesering mungkin. Terutama sebelum dan sesudah makan. Gunakan sabun apapun minimal 20 detik. Pastikan seluruh permukaan kulit tangan, sela jari hingga pergelangan tercuci bersih.
✔ Bawa hand sanitizer kamanapun untuk menjaga tangan agar tetap bersih jika memang tidak ada fasilitas mencuci tangan disekitar.
✔ Jangan memegang area wajah, terutama mata, hidung dan mulut.
✔ Terapkan etika batuk dan bersin dengan cara menutup mulut dengan lengan atas bagian dalam atau tisu yang segera dibuang setelahnya.
✔ Pakai masker saat keluar rumah. Bagi yang memiliki penyakit bawaan, gunakanlah masker medis. Dan yang tidak, gunakanlah masker non-medis atau masker kain. Hal ini dikarenakan jumlah masker medis yang terbatas.
✔ Lebih aman mengenakan sarung tangan saat berbelanja atau harus menyentuh barang yang sering dipegang orang.
✔ Langsung mandi sekembalinya dari luar. Tidak usah duduk, bercengkrama atau melakukan hal lainnya, langsung menuju kamar mandi.
✔ Lakukan isolasi diri secara mandiri jika menunjukkan gejala Covid-19 seperti batuk, demam, sakit tenggorokan dan sesak nafas. Konsultasi ke dokter agar mendapat penanganan tepat dan diagnosa pasti.
✔ Jaga jarak dengan orang lain minimal 1 meter dan jangan berkerumun. Kehidupan sosial tetap bisa terjalin melalui fasilitas daring.
✔ Jika tidak penting, tidak usah keluar rumah. 
✔ Hindari menerima tamu dan bertamu. Jika terpaksa, tetaplah menjaga jarak, hindari kontak fisik seperti bersalaman, berpelukan atau yang lainnya, serta selalu menggunakan masker. Tidak perlu berlama-lama dan ssgera pamit jika urusan telah selesai.
✔  Tetaplah menghirup udara segar dan usahakan berjemur matahari pagi di halaman, lapangan atau taman yang sepi. 
✔ Biarkan udara di dalam rumah bertukar setiap hari dengan membuka jendela beberapa jam di pagi hari.
✔ Semprot cairan disinfektan secara berkala pada benda yang berpotesi menjadi tempat bersarangnya virus, seperti gagang pintu, handphone, dompet atau kunci.
✔ Jika kondisi tubuh kurang fit, minum multivitamin.
✔ Lakukan pola hidup sehat dengan mengkonsumsi makanan bergizi, cukup buah dan sayur, minum air putih 8 gelas per hari dan istirahat yang cukup.

Produktif Tidak Harus Keluar Rumah

Bosan di rumah wajar. Tapi bukan berarti membenarkan diri dengan melakukan kesibukan di luar rumah yang sebenarnya bisa dihindari. Berbeda dengan karyawan atau pegawai yang terikat kontrak kerja dan mengharuskan mereka bekerja dari kantor, profesi lain yang tidak terikat tempat dan waktu seperti pemilik online shop, blogger, vlogger, desainer lepas, pelukis, penulis, dan sebagainya, tentu saja bisa memilih rumah sebagai tempat bekerja. Sebisa mungkin produktiflah dari rumah tanpa mencari alasan untuk keluar.

Jika Semua akan Terinfeksi, Fokus dan Pastikan Keluargamu Menjadi Orang Terakhir yang Berstatus Positif

Virus yang tidak bisa dilihat dengan mata telanjang ini berhasil membuat lengah banyak penduduk dunia. Area yang dirasa aman-aman saja, bisa jadi ramai virus. “New Normal” yang membebaskan kembali aktifitas warga tentunya menimbulkan kekhawatiran baru. Berusahalah agar kita sekeluarga bertahan selama mungkin di tengah pandemi ini. Lakukan segala upaya untuk tetap aman meskipun terasa tidak nyaman. Semakin lama bertahan, maka semakin besar pula kita akan selamat. Suatu saat pandemi Corona pasti berakhir, entah itu dengan ditemukannya vaksin atau punah karena kekebalan manusia. Tugas penting kita adalah tetap fokus dan pastikan diri serta keluarga menjadi orang yang bertahan paling lama di tengah pandemi. Hingga akhirnya semua benar-benar normal kembali.

***

Itulah beberapa hal yang sama-sama harus kita camkan demi menjaga diri dan orang lain dari infeksi Covid-19. Ini masalah kita bersama dan butuh kerjasama. Penyelesaiannya tidak cukup dengan usaha satu orang, melainkan menuntut kesadaran menyeluruh.

Stay safe dan siap hadapi tatanan normal baru :)
Semoga bermanfaat.


Resep Pancake Lembut Anti Gagal, Cocok untuk Sarapan dan Cemilan

6 comments

Aku pencinta pancake dan selalu berusaha membuat pancake sendiri. Hasilnya beragam, kadang bantat, kadang setengah mengembang atau bisa kering dan mudah pecah saat dibalik. Berbagai campuran adonan dicoba, mulai dari pisang, madu, cokelat, keju atau perisa makanan. Puluhan resep telah dieksekusi, namun baru resep ini yang paling pas. Proses memasaknya tidak sulit, hasil lembut, mengembang namun tetap padat mengenyangkan. Apalagi kulit luarnya yang mulus, semakin mempercantik tampilan pancake. 

Sebenarnya ini adalah resep kue pukis dan juga bisa dicetak menjadi waffle. Ternyata saat dimasak dengan teflon seperti memasak pancake biasa, hasilnya sangat enak. Jadi kalau punya cetakan pukis atau waffle, dengan resep yang sama kamu bisa memasak 3 jenis kue sekaligus. 



RESEP PANCAKE/PUKIS/WAFFLE


BAHAN

200 gr tepung terigu protein sedang (me : Segitiga Biru)
2 butir telur ukuran besar
4 sdm mentega (lelehkan)
8 sdm gula pasir
1 sdt garam
6 sdm susu bubuk (me : milo, karena ingin rasa coklat. Boleh skip kalau tidak suka susu)

BAHAN DILARUTKAN DAN DIDIAMKAN +/- 5 MENIT SAMPAI BERGELEMBUNG

2 sdt ragi instan (me : fermipan)
2 sdt gula pasir
200 ml air hangat


CARA MEMBUAT 

🌸 Campur semua bahan dan aduk hingga tercampur rata.
🌸 Panaskan teflon dan olesi dengan sedikit mentega.
🌸 Tuangkan 2 sendok sayur adonan, lalu tutup. Masak dengan api paling kecil.
🌸 Jika telah muncul gelembung dan sudah agak padat, balik pancake. Masak hingga matang.
🌸 Sajikan dengan topping es krim, coklat, meses, keju atau sesuai selera.



Semoga bermanfaat :)


3 Resep Olahan Daging Sederhana dan Enak untuk Keluarga

5 comments
Source : freepik.com by Isantilli

Daging sapi merupakan salah satu sumber protein yang paling digemari. Selain rasa olahannya yang enak, daging sapi mengandung beragam nutrisi yang baik bagi tubuh seperti protein, lemak, vitamin, mineral, zat-zat bioaktif dan antioksidan (sumber : sehatq.com).

Ibu sebagai koki keluarga sering kali merasa bingung untuk memasak menu harian karena keterbatasan koleksi resep yang dimiliki. Mau masak yang itu-itu saja, pasti anak-anak dan suami merasa bosan.

Berikut 3 resep olahan daging yang bisa dikonsumsi seluruh anggota keluarga, termasuk anak-anak dan balita. Tidak pedas, namun tetap enak. Masaknya juga mudah dan cepat. Bahan-bahan yang digunakan mudah didapat, sederhana dan tentunya bebas penyedap rasa.

Note :
✔ Aku lebih sering menggunakan daging sop karena lebih lembut dan banyak lemak, sehingga anak-anak tidak susah mengunyah.
✔ Sebelum dimasak, daging direbus dulu selama +/- 2 jam hingga empuk untuk mempersingkat waktu memasaknya. Tidak perlu diberi bumbu apa-apa, cukup direbus dengan air saja.
✔ Aku biasanya menggunakan banyak bawang untuk menghindari pemakaian penyedap rasa. Masakan dengan banyak bawang akan terasa lebih sedap alami.
✔ Aku tidak menghaluskan bumbu dan lebih memilih mengirisnya saja. Lebih praktis dan tidak menambah cucian piring kotor ^_^
✔ Berhubung resep tidak menggunakan cabai sama sekali, karena ada dua anak kecil di rumah, kamu bisa menambahkan cabai agar mendapatkan sensasi pedas. Dijamin tidak banyak merubah rasa.

Gulai Daging

BAHAN

1/2 kg daging sop potong kecil yang telah direbus empuk
2 buah kentang ukuran sedang, potong
2 bungkus santan instan ukuran 65 ml
10 siung bawang mereh, iris
7 siung bawang putih, iris
1 ruas jari jahe, geprek
1 ruas jari lengkuas, geprek
1 batang serai
1 lembar daun salam ukuran besar 
2 lembar daun jeruk
1 sdt ketumbar bubuk
Secukupnya lada bubuk dan garam
Secukupnya minyak untuk menumis
Secukupnya air

CARA MEMBUAT

🌸 Tumis bawang merah, bawang putih, jahe, lengkuas, serai, daun salam, dan daun jeruk hingga wangi dan agak kecoklatan.
🌸 Masukkan ketumbar bubuk dan tumis lagi sebentar.
🌸 Masukkan daging bersama air kaldunya, kentang dan santan instan. Jika kuah terlalu sedikit, maka tambahkan air sampai semua bahan terendam.
🌸 Masak hingga kuah menyusut dan mengental sembari diaduk sesekali.
🌸 Tambahkan lada bubuk dan garam. Tes rasa.
🌸 Sajikan.

Daging Teriyaki


BAHAN

1/2 kg daging sop potong kecil yang telah direbus empuk
1 buah kentang ukuran sedang, potong dadu kecil
2 potong tahu putih, potong dadu kecil
1 buah bawang bombai ukuran sedang, iris
4 siung bawang putih, iris
2 sachet Saori saus teriyaki (bisa dikurangi atau ditambah sesuai selera)
2 sdm saus tomat 
Minyak untuk menumis
Air secukupnya

CARA MEMBUAT

🌸 Tumis bawang bombai dan bawang putih hingga wangi dan agak kecoklatan.
🌸 Masukkan kentang dan tahu, tumis hingga kentang layu dan tahu mulai bergaris kecoklatan.
🌸 Masukkan daging bersama air kaldu rebusannya. Jika kuah kurang, tambahkan air hingga semua bahan terendam.
🌸 Masukkan saus teriyaki dan saus tomat. Aduk rata.
🌸 Masak hingga air menyusut dan mengental.
🌸 Sajikan.

Sop Daging Simple


BAHAN

1/2 kg daging sop potong kecil yang telah direbus empuk
1 buah kentang ukuran sedang, potong dadu
1 buah wortel ukuran besar, iris
9 siung bawang merah, iris
9 siung bawang putih, iris
1 lembar daun salam 
1 buah tomat, potong dadu
Secukupnya daun bawang dan saledri (susah membuat takarannya), potong
Secukupnya lada bubuk dan garam
Secukupnya minyak untuk menumis
Secukupnya air

CARA MEMBUAT

🌸 Tumis bawang merah, bawang putih dan daun salam hingga kecoklatan.
🌸 Masukkan daun bawang dan saledri, tumis sebentar.
🌸 Masukkan daging beserta kaldu, kentang dan wortel. Jika kuah kurang banyak, tambahkan air.
🌸 Masak hingga kentang dan wortel empuk.
🌸 Masukkan tomat, lada bubuk dan garam. Tes rasa.
🌸 Sajikan.

Itulah beberapa resep olahan daging sederhana yang tidak membutuhkan banyak waktu untuk memasak. Rasanya enak dan bisa dinikmati oleh seluruh anggota keluarga termasuk anak-anak. 

Baca juga:



Semoga menginspirasi :)

Langkah Ibu Hebat Ciptakan Keluarga Kuat Lawan Covid-19

4 comments


Dua bulan di rumah saja tanpa kemana-mana, telah mengukir berjuta cerita yang tak kan mungkin dilupa. Beda keluarga, beda pula suka-dukanya. Tidak sedikit keluh kesah tergema, namun banyak pula kebahagiaan yang akhirnya terasa. Awalnya memang berat, tidak mungkin bisa bertahan berbulan-bulan tanpa liburan dan jalan-jalan. Bahkan hanya untuk ke mini market depan gang saja terasa begitu mencekam.

Anehnya, semakin lama kita semua semakin terbiasa. Setiap hari di rumah, mulai dari pagi hingga bertemu pagi lagi dan melakukan semua aktifitas tanpa pergi-pergi, menjadi hal lumrah yang harus dijalani. Inilah yang dikatakan New Normal, masyarakat dunia mulai merasa tak asing dengan banyak hal yang berubah karena pandemi Corona.

***

Ibu, menjadi pemegang peranan penting dalam menjaga kondisi keluarga agar tetap stabil. Tidak hanya memastikan kebutuhan jasmani suami dan anak-anak tercukupi, tapi juga kebutuhan rohani yang tidak boleh dikesampingkan. Menyediakan makanan sehat mulai dari sarapan, makan siang, makan malam hingga stok cemilan, menjadi prioritas utama agar tidak lagi sering-sering membuka aplikasi ojek online untuk memesan makanan siap saji. Mengatur jadwal sedemikian rupa agar semuanya tetap terkendali demi menjaga imunitas tubuh seperti tidur, makan, mandi, main, kerja dan sebagainya juga tak boleh ketinggalan. Tidak lupa pula menuangkan ide-ide kreatif yang selama ini berhibernasi dalam diri untuk menciptakan kegiatan seru bersama keluarga agar rasa bosan yang semakin kental bisa dicairkan. 

Menjadi ibu luar biasa bukan?


Berbicara masalah masak-memasak, mungkin sudah banyak resep baru yang berhasil dicoba. Mixer dalam kardus yang dibeli setahun lalu, sekarang terpajang indah di meja dapur karena sering digunakan. Oven juga begitu, selama ini tidak pernah terjamah, malah menjadi sahabat andalan.

Suami yang sebelumnya harus berangkat subuh dan pulang ba'da maghrib untuk menghindari macet, sekarang bisa bantu-bantu cuci baju dan meracik takjil. Selama work from home masih diberlakukan, pekerjaan rumah tangga dan jaga anak bisa dibagi meski sedikit.

Anak-anak kelebihan energi yang tidak bisa diam juga terpaksa harus betah di rumah dan melupakan sejenak kesenangannya bermain di area terbuka dan ramai. Padahal berjumpa dengan teman sebayanya adalah kebahagiaan yang dinantikan setiap waktu. Apalagi belajar juga harus dilakukan dari rumah, kapan lagi waktu mereka untuk saling bertemu dan bercengkrama?

Ah, kalau diingat-ingat memang semuanya berubah begitu saja tanpa ada yang mengira. Ini pertama kalinya bagiku dan mungkin juga bagi mayoritas penduduk bumi. Rumah yang dulunya menjadi tempat paling dirindukan saat lelah, kini sudah beralih fungsi menjadi tempat karantina teraman dari ancaman Covid-19.


***

Bosan Di Rumah? Ibu Bisa Lakukan 3 Hal Seru Sarat Makna Ini Bersama Keluarga


Lalu apa saja yang bisa dilakukan selama di rumah agar tidak berlalu sia-sia? Inilah beberapa hal yang aku lakukan bersama keluarga untuk menguatkan bonding satu sama lain dengan keseruan yang bermakna.

Semakin Memahami Satu Sama Lain

Kapan lagi bisa bersama-sama setiap hari di rumah selama berbulan-bulan? Biasanya untuk berkumpul dengan formasi lengkap harus menunggu akhir pekan atau libur nasional. Nah, dengan saling bertemu setiap waktu seperti ini, kita menjadi semakin mengerti dunia masing-masing. Meskipun terkadang percikan emosi bisa menyulut pertengkaran kecil, namun ujungnya akan memberi pelajaran baru yang berarti. 

Bagaimana cara seru ala aku agar dapat semakin memahami satu sama lain?

Bermain peran. Setiap kali ada kesempatan, secara bergilir kami akan memerankan tingkah laku anggota keluarga lain. Simple tapi banyak hal baru yang akan tergali. Anggota keluarga yang diperankan bisa mengetahui penilaian orang lain terhadap tingkah laku dan perbuatannya. Bisa jadi penilaiannya baik atau pun buruk.

Misalnya pernah beberapa kali anak sulungku diminta meniru kebiasaan Ayahnya dan langsung mengambil laptop lalu pura-pura mengetik, dan dilanjutkan memegang handphone dan terpaku menatap layarnya. Walaupun terlihat lucu dan membuat semua tertawa geli, namun tersirat bahwa yang dilihat anak selama ini hanya kesibukan dengan gadget dan melupakan waktu bermain bersama mereka. Setelah itu, aku dan suami sebagai orang tua harus benar-benar membatasi penggunaan gadget. Jika terpaksa, biasanya kami akan meminta izin dan memberi penjelasan terlebih dahulu kenapa harus menggunakan gadget tersebut beberapa saat agar anak mengerti. 

Ikut Serta dalam Aktifitas Harian

Sering bingung mau ngapain? Mending ikut turun tangan saja membantu yang lain. Tidak perlu yang susah-susah, membantu yang gampang saja. Mencoba melakukan hal baru pasti terasa menantang. Apalagi yang lain  juga turut terbantu.

Aku menamainya dengan Gotong Royong. Aturan permainannya sudah terbayang bukan? Mengerjakan suatu perkerjaan atau aktifitas secara bersama-sama. Misalnya saat suamiku sibuk membungkus dagangan online-nya, aku dan anak-anak akan mendekat dan membantu tanpa mengganggu. Anak-anak bisa meremukkan kertas penyumpal barang dalam kotak kemasan agar kedudukannya stabil selama dalam perjalanannya nanti, dan aku bisa menempelkan alamat pada paket sambil mengawasi anak-anak.

Begitu juga saat aku memasak, anak-anak biasanya aku biarkan bersama suami membersihkan sayuran atau mengupas telur puyuh. Sembari itu, aku bisa memotong-motong yang lain dan memasak dengan leluasa.

Bagaimana dalam hal aktifitas anak-anak? Tentu saja kami juga tetap bergotong royong dalam banyak hal, seperti membereskan mainan, menyusun bangunan dengan lego atau bersama-sama mewarnai kertas gambar berpola dengan membuat kompetisi kecil-kecilan sebagai pemancing semangat.

Bagaimana? Seru bukan?


Menciptakan Momen Bersama

Menciptakan momen bersama merupakan hal terindah dari semua hal yang aku dan keluarga lakukan. Tidak bisa setiap saat, namun paling dirindukan. Selama WFH ini, paling hanya beberapa kali saja momen bersama berhasil kami lakukan. 

Kami menamainya dengan Cerita-cerita. Yap, karena momen bersama ini didominasi oleh sesi curahan hati masing-masing. Biasanya kami melakukannya sesaat sebelum tidur malam atau sesekali sebelum tidur siang. Tertawa, marah, kesal, bahkan menangis, menyesal dan memberi nasihat satu sama lain menjadi sesuatu yang tidak bisa terbayarkan. Anak-anak yang masih kecil pun bisa belajar meluapkan emosinya dengan beberapa pertanyaan pancingan sehingga bisa menjadi pelajaran berharga bagi aku dan suami sebagai orang tua. Menasehati anak juga terasa lebih "ngena" karena setiap kalimatnya disampaikan tanpa amarah dan emosi yang meledak-ledak.



***

Fight Covid-19! Ibu Hebat Ciptakan Keluarga Kuat


Pernahkah mendengar atau membaca kalimat "Ibu adalah nadi rumah tangga"? Hal ini juga berlaku dalam konteks menjaga keluarga di tengah pandemi Corona. Sekarang semua anggota keluarga berada di rumah karena memang disarankan harus seperti itu. Sebagai ibu, pasti merasa tertantang untuk bisa mengkondisikan suasana rumah agar tetap kondusif dan aman agar semuanya dapat melalui masa krisis yang panjang ini.

Lalu apa saja upaya yang dapat dilakukan ibu demi menjaga keluarga agar tetap terlindungi dari serangan Covid-19 yang semakin menyebar luas?

Kondisi Ibu Tentukan Kondisi Keluarga

Peran ibu dalam menjaga suasana rumah saat pandemi sangatlah besar. Semua tindakan pencegahan, penyediaan kebutuhan, hingga meciptakan aktifitas pengusir rasa bosan akan bertumpu padanya. Duh, aku orangnya ekstrovert banget, mana betah lama-lama dirumah. Aku mah nggak bisa masak, mana bisa masak setiap hari begini. Aku kan bukan guru, gimana nih ngajarin anak di rumah? Mulailah dari lingkup yang paling kecil, yaitu diri sendiri. Bagaimana bisa semuanya berjalan dengan baik jika pikiran dan emosi ibu tidak dalam keadaan baik? Perjernih pikiran, jangan hanya melihat sisi buruknya saja dan yakin semua bisa dijalani asalkan ada kemauan.

Meyakinkan diri dalam keadaan stabil akan menghindari terjadinya kepanikan berlebih dan bersikap diluar batas. 

Kepanikan bukanlah jawaban. Ibu bijak lebih berfokus untuk meningkatkan kewaspadaan. Mengendalikan diri dan emosi jauh lebih berguna untuk menentukan langkah tepat selanjutnya yang harus diambil. Kestabilan diri inilah yang membuat keadaan rumah tetap kondusif.

Gali Informasi

Ibu harus menggali informasi akurat sebanyak-banyaknya dari sumber terpercaya, seperti website resmi pemeritah, penjelasan para ahli atau berita di televisi agar tepat dalam bertindak dan tidak mudah terpengaruh oleh berita simpang siur yang tidak jelas kebenarannya. Dalam hal ini termasuk juga himbauan dan aturan pemerintah yang terus diperbarui. 

Informasi akurat dapat dijadikan dasar kuat untuk menilai keadaan, melakukan langkah pencegahan atau tindakan pertolongan pertama agar keluarga siap menghadapi Covid-19.

Patuhi Aturan

Inilah pentingnya belajar dan mencari tahu. Dengan mempelajari banyak hal mengenai Covid-19, ibu menjadi paham bagaimana protokol kesehatan yang harus diptaktekkan dan aturan pemerintah yang harus dipatuhi. Pastikan seluruh anggota keluarga (termasuk ibu) tetap melakukan physical distancing, rajin mencuci tangan, menjaga daya tahan tubuh dan tentunya diam di rumah saja. Kalau tidak penting-penting banget, tidak usah keluar dulu. Apalagi berdesak-desakan beli baju lebaran yang sebenarnya bisa dihindari. Kasihan bumi kita yang sudah terlalu tersakiti oleh ulah manusianya.

Tidak ada salahnya ibu bersikap tegas dengan membuat banyak aturan selama masa pandemi demi membentengi keluarga.


Jika Bisa Dilakukan Sendiri, Kenapa Tidak?

Poin yang satu ini memang butuh komitmen kuat untuk dipraktekkan. Biasanya ada asisten rumah tangga yang bantu-bantu membersihkan rumah, sekarang nyapu-ngepel harus dikerjakan sendiri supaya lebih aman. Biasanya catering makanan harian diantar setiap pagi, sekarang lebih baik memasak sendiri untuk memperkecil resiko tertularnya virus Covid-19 kepada anggota keluarga. Tapi nyatanya bisa kan dilakukan sendiri? Kalau bisa, kenapa sibuk mencari bantuan orang lain?

Inilah waktunya untuk benar-benar merasakan menjadi ibu rumah tangga seutuhnya. 

Meskipun berat, akhirnya tetap saja akan banyak rasa syukur yang terucap. Bersyukur karena biaya yang dikeluarkan jauh lebih hemat (ya iyalah semuanya kan dikerjakan sendiri), makanan yang dikonsumsi jauh lebih sehat, ibu jadi bisa berolahraga dengan membakar kalori selama membereskan rumah, hingga bersyukur bahwa sebelum pandemi ada asisten rumah tangga yang membantu semua pekerjaan rumah tangga yang sangat banyak dan berat ini.

Stop Mengeluh, Cari solusi!

Kehidupan baru yang butuh banyak penyesuaian ini pasti menimbulkan ketidaknyamanan bagi banyak orang, termasuk keluarga kita. Namun masalah ini harus diselesaikan, bukan malah dikeluhkan.

Bersikap solutif, itulah yang harus dilakukan ibu.

Jika memang bosan di rumah, lakukan kegiatan menarik seperti menyalurkan hobi, memasak, menonton, membaca, menulis atau berkarya. Saat takut keluar rumah untuk berbelanja kebutuhan harian, jasa antar atau belanja online yang kian merebak bisa dimanfaatkan. Tinggal pesan, petugas siap mengantar. Ibu dituntut kreatif untuk menemukan solusi dalam setiap masalah baru yang muncul dalam keluarga. Sharing dengan ibu-ibu lain lumayan bisa diandalkan untuk menemukan ide-ide solutif yang sesuai harapan.

***

Intinya, ibu wajib meningkatkan kualitas diri dalam hal pengetahuan, keterampilan dan pengendalian emosi demi melindungi keluarga dari Covid-19. Semuanya harus dilakukan secara menyeluruh dan seimbang karena saling berhubungan satu sama lain. Kenyataannya, Ibu tetaplah menjadi inti dalam keluarga yang menentukan banyak langkah penting dalam menghadapi serangan virus Corona yang semakin bertaring ini.

Semangat para ibu! Kalian adalah pahlawan keluarga.

Doa kita semua masih sama, semoga pandemi ini segera berakhir. 

Semoga bermanfaat :)



Apa Sih Enaknya Jadi PNS (Pegawai Negeri Sipil)?

12 comments


Sebagai mantan PNS, beberapa fasilitas dan enaknya menjadi abdi negara sudah aku rasakan. Sebelum berkeluarga dan memiliki 2 anak seperti sekarang,  penghasilan PNS yang dulu aku terima sudah bisa dikatakan sangat layak untuk menunjang kebutuhan hidup. Malah masih cukup membeli barang-barang bermerek dengan harga yang lumayan.